Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Analisa Proses Bisnis dengan Business Process ModellingNotation BPMN pada PT Kimia FarmaDosen Pengampu Yananto Mihadi Putra, SE., Kelompok 10Fauzia Sa!tri Salsabilla 43218010090Salma Aini 43218010161Fasihatul Ummah 43218010164Nurliana Qur’ani 43218010165Andhini Islamiana Wulandari 43218010170Universitas Mercu BuanaFakultas Ekonomi dan BisnisAkuntansi2021 ABSTRAKBusiness Process Modelling BPM atau Pemodelan Proses Bisnis PPB merupakandiagram yang umum mewakili urutan kegiatan secara implisit berfokus pada sebuah proses,tindakan dan kegiatan job. Sumber Daya Resource yang digambarkan dalam PPBmenunjukkan bagaimana mereka akan diproses. Manfaat Pemodelan Proses Bisnis adalahuntuk memudahkan pemahaman alur proses secara terintegrasi, tujuan pemodelan prosesbisnis adalah untuk mendefiniskan langkah langkah yang harus diambil untuk mencapai suatutujuan Diagram Model Proses Bisnis adalah alat untuk mencapai sebuauh tujuan, dan bukanhasil kinerja dari suatu proses. Hasil akhir diagram proses bisnis ini adalah melakukanperbaikan pada cara proses bisnis itu bekerja. Diagram BPMN terdiri atas elemen. Elemen initerbagi atas empat kategori, yaitu Flow Object, Connecting Object, Swimlanes, dan kunci Business Process Modellingi DAFTAR ISIABSTRAK............................................................................................................................................. iDAFTAR ISI........................................................................................................................................ iiPENDAHULUAN................................................................................................................................ 1LITERATUR TEORI..........................................................................................................................2A. Pemodelan Proses Bisnis.......................................................................................................... 2B. Business Process Modeling Notaon BPMN..........................................................................2C. Fungsi BPMN Bagi Perusahaan.................................................................................................5D. Kelebihan dan Kekurangan BPMN............................................................................................ 6PEMBAHASAN................................................................................................................................... 7KESIMPULAN.................................................................................................................................... 9DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 10ii PENDAHULUANKetatnya persaingan bisnis saat ini menyebabkan perusahaan berusaha semaksimalmungkin mengoptimasi proses bisnis yang ada di dalam organisasi. Analisis proses bisnismerupakan salah satu alat untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan atas proses analisis proses bisnis maka perusahaan dapat memutuskan proses mana yang dapatdikurangi, diserahkan ke pihak luar atau dihilangkan sama sekali. Tahapan awal dalammenganalisis proses bisnis adalah menggambarkan proses bisnis tersebut. Agar proses bisnis ini dapat dikomunikasikan dengan mudah ke semua pihak yangterkait maka diperlukan teknik pemodelan proses bisnis yang praktis tetapi cukuprepresentatif mewakili proses yang sebenarnya. Salah satu model yang saat ini mulai banyakdiadopsi oleh organisasi adalah BPMN yang dirilis pertama kali pada pertengahan bisnis merupakan serangkaian aktifitas yang saling terkait untuk mencapaitujuan bisnis tertentu yang diselesaikan secara berurutan ataupun paralel, oleh manusia atausistem, baik di dalam maupun di luar organisasi. Kompleksitas proses bisnis yang terjadimembuat perusahaan mencari cara untuk menggambarkan proses bisnis. Pemodelan prosesbisnis digunakan untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan proses bisnis di masamendatang. Analisa proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses didalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan. Analisa tersebut dapat dilakukan melaluipemodelan proses bisnis yang menggambarkan cara orang- orang atau pihak -pihak salingberinteraksi di dalam sistem, dan dijelaskan dengan cara atau standar tertentu. Pemodelan proses bisnis menjadi hal yang sangat penting dalam rencanapengoptimalan kinerja sebuah organisasi. Kegiatan proses bisnis yang telah dicapai sesuaidengan target atau yang perlu diperbaikai dapat diketahui melalui pemodelan Yunitararinidkk. 2016.Tujuan dari menggunakan BPMN adalah untuk menyediakan notasi yang mudahuntuk digunakan dan dipahami oleh semua individu yang ikut terlibat dalam bisnis. Sehinggasemua yang terlibat dari berbagai tingkatan manajemen yang harus dapat membaca danmemahami proses diagram dengan cepat sehingga diharapkan juga dapat membantu dalamproses pengambilan LITERATUR TEORIA. Pemodelan Proses Bisnis Business Process Modelling BPM atau Pemodelan Proses Bisnis PPBmerupakan diagram yang umum mewakili urutan kegiatan secara implisit berfokuspada sebuah proses, tindakan dan kegiatan job. Sumber Daya Resource yangdigambarkan dalam PPB menunjukkan bagaimana mereka akan diproses. Pemodelan Proses Bisnis adalah lintas fungsional, biasanya penggabunganpekerjaan dan dokumentasi lebih dari satu departemen dalam sebuah institusi,organisasi atau perusahaan. Dalam situasi lebih rumit, Pemodelan Proses juga dimasukan pada aktivitasproses eksternal pada organisasi dan sistem yang dimasukkan ke dalam sebuah prosesprimer / utama. Dalam organisasi besar Pemodelan Proses Bisnis cenderung dianalisisdan direpresentasikan secara lebih rinci dari pada di organisasi kecil, karena skala dankompleksitasnya lebih besar. Manfaat Pemodelan Proses Bisnis adalah untuk memudahkan pemahaman alurproses secara terintegrasi, tujuan pemodelan proses bisnis adalah untuk mendefiniskanlangkah langkah yang harus diambil untuk mencapai suatu tujuan Diagram ModelProses Bisnis adalah alat untuk mencapai sebuauh tujuan, dan bukan hasil kinerja darisuatu proses. Hasil akhir diagram proses bisnis ini adalah melakukan perbaikan padacara proses bisnis itu Business Process Modeling Notation BPMN Business Process Modeling Notation BPMN menggambarkan suatu bisnisproses diagram yang mana didasarkan kepada teknik diagram alur, dirangkai untukmembuat model-model grafis dari operasi-operasi bisnis dimana terdapat aktivitas-aktivitas dan kontrol-kontrol alur yang mendefinisikan urutan kerja. BPMN dikembangkan oleh konsorsium industry yaitu konstituenyang mewakili berbagai vendor alat BPM tetapi bukan sebagai pembuka akhir,mengemukakan bahwa “ The Business Process Modeling Notation is Emerging as astandard language for capturing business processes, e-specially at the level of domainanalysis and high level systems design” 2006. 3 Diagram BPMN terdiri atas elemen. Elemen ini terbagi atas empat kategori,yaitu Flow Object, Connecting Object, Swimlanes, dan Artifact. Berikut penjelasandari masing masing elemen BPMN. Flow Object Event direpresentasikan dalam bentuk lingkaran dan menjelaskan apa yangterjadi saat itu. Ada dua jenis event, yaitu start, intermediate, dan ini mempengaruhi alur proses alur proses dan biasanyamenyebabkan terjadinya kejadian trigger atau sebuah dampak resultMasing-masing mewakili kejadian dimulainya proses bisnis, interupsiproses bisnis, dan akhir dari proses bisnis. Untuk setiap jenis eventtersebut sendiri terbagi atas beberapa jenis, misalnya message start, yangdilambangkan seperti start event namun mendapatkan tambahan lambangamplop di dalamnya, yang berarti ada pesan event tersebut dimulai denganmasuknya pesan.Activity merepresentasikan pekerjaan task yang harus diselesaikan. Ada empat macam activity, yaitu task, looping task, sub process, dan looping Connecting Object Connecting object merupakan aliran pesan antar proses dimana satukejadian dengan kejadian yang lain saling berhubungan danmerepresentasikan dari hubungan tersebut. Adapun simbol-simbol ataugambar dalam penulisan connecting object ada 3 jenis yaitu Sequence flow, merepresentasikan pilihan default untuk menjalankanproses Message flow, merepresentasikan aliran pesan antar proses Association, digunakan untuk menghubungkan elemen dengan artifactSwimlanes Elemen ini digunakan untuk mengkategorikan secara visual seluruhelemen dalam diagram. Ada dua jenis swimlanes, yaitu pool dan adalah lane terletak di bagian dalam pool untukmengkategorisasi elemen-elemen di dalam pool menjadi lebih spesifik.Artifacts Elemen ini digunakan untuk memberi penjelasan di diagram. Elemen ini terdiri atas tiga jenis, yaitu 5 1 Data object, digunakan untuk menjelaskan data apa yangdibutuhkan dalam proses 2 Group, untuk mengelompokkan sejumlah aktivitas di dalam prosestanpa mempengaruhi proses yang sedang berjalan 3 Annotation, digunakan untuk memberi catatan agar diagrammenjadi lebih mudah dimengertiNotasi BPMN diatas dapat memodelkan pesan kompleks yangdilewatkan diantara pelaku bisnis atau bagian dari pelaku bisnis,Salah satu kelebihan diagram BPMN adalah kemampuan dalammemodelkan aliran pesan karena dapat menggambarkan secaragrafis pemisahan aliran proses berdasarkan organisasi ataudepartemen yang Fungsi BPMN Bagi PerusahaanBeberapa hal yang menyebabkan begitu pentingnya perusahaan meggunakandiagram BPMN aadalahBPMN adalah standar proses pemodelan diterima secara internasional.BPMN adalah suatu metodologi pemodelan proses.BPMN menciptakan jembatan standar yang mengurangi kesenjangan antaraproses bisnis dan pelaksanaannya.BPMN memungkinkan untuk desain proses bisnis dan implementasinyabersatu dan berstandar sehingga setiap orang dalam organisasi dapat D. Kelebihan dan Kekurangan BPMN1. Kelebihan BPMN -Dapat menggambarkan kesuruhan proses dalam satu diagram sederhanasehingga representasi proses bisnis relatif lebih cepat memodelkan aliran pesan 3. Mampu memodelkan aliran prosessecara sekuensial dari kejadian awal sampai hasil Kekurangan BPMN -Simbol-simbol pada BPMN terlalu complicated untukdiimplementasikan pada real transaksi di tidak bisa mengambarkan hasil dari proses dan model resiko,sehingga Key Performance Indicator KPI tidak bisa digambarkanmenggunakan notasi bisa mengambarkan conceptual modeling, business logic dandetail dari Sturktur Inti BPMNPenataan teknis BPMN didasarkan pada konsep lapisan ekstensibilitas di atasrangkaian dasar sederhana elemen yang diidentifikasi sebagai Elemen Inti darispesifikasi. Dari rangkaian konstruksi inti ini, layering digunakan untukmenggambarkan elemen tambahan dari spesifikasi yang memperluas danmenambahkan konstruksi baru ke spesifikasi dan bergantung pada kejelasan jalurketergantungan untuk resolusi. Model Skema XML cocok untuk model penataandengan mekanisme impor dan resolusi formal yang menghilangkan ambiguitas dalamdefinisi elemen di lapisan luar Gambar di atas menunjukkan prinsip-prinsip dasar layering yang dapatdisusun dengan cara yang terdefinisi dengan baik. Pendekatannya menggunakankonstruksi formalisasi untuk ekstensibilitas yang diterapkan secara konsisten padadefinisi. Efek tambahan dari pelapisan adalah bahwa lapisan kompatibilitas dapatdibangun, memungkinkan tingkat kepatuhan yang berbeda di antara vendor, dan jugamemungkinkan vendor untuk menambahkan lapisan mereka sendiri untuk mendukungindustri atau target vertikal yang berbeda penonton. Selain itu, menyediakanmekanisme untuk redefinisi konsep yang sudah ada sebelumnya tanpa mempengaruhikompatibilitas mundur, tetapi mendefinisikan dua atau lebih lapisan yang tidak dapatdikomposisi, tingkat kepatuhan dengan spesifikasi dan kompatibilitas mundur dapatdicapai tanpa mengurangi BPMN memiliki struktur melalui lapisan, di mana setiap lapisandibangun di atas dan meluas lapisan bawah. Termasuk diantaranya Inti atau kernelyang mencakup elemen paling mendasar dari BPMN, yang dibutuhkan untukmembangun BPMN diagram Proses, Koreografi, dan Kolaborasi. Struktur inti inidimaksudkan untuk menjadi sederhana, ringkas, dan dapat diperpanjang denganperilaku yang terdefinisi dengan bagian Inti berisi tiga sub-paket, beserta gambar1. Pondasi Konstruksi dasar yang diperlukan untuk pemodelan BPMN .2. Layanan Konstruksi dasar yang diperlukan untuk memodelkan layanan dan Umum Kelas-kelas yang umum untuk lapisan Proses , Koreografi , dan Kolaborasi8 Gambar 1 - Diagram kelas yang menunjukkan paket intiGambar 2 - Diagram kelas yang menunjukkan organisasi elemen inti BPMN9 PEMBAHASANPT Kimia Farma dalam mempertahankan bisnisnya mempunyai visi untuk menjadiperusahaan healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan menghasilkan nilai yangberkesinambungan di Indonesia. Ketersediaan produk yang dijual menjadi penting untukselalu ada agar permintaan obat pelanggan dapat terus terpenuhi sehingga pelanggan tetapsetia menggunakan produk – produk kimia farma. Hingga saat ini tiap outlet memilikikebutuhan akan produk obat yang berbeda-beda sehingga supply obat tiap outlet karena itu, untuk mendukung kebutuhan tersebut, pusat bisnis Kimia Farma telahmemiliki Bagian yang bertanggung jawab atas kebutuhan tersebut yaitu Bagian Pengadaandan itu, untuk setiap outlet juga memiliki Person In Charge PIC Pengadaan danPIC Gudang. Saat ini pengadaan obat di tiap outlet dapat dilakukan dalam rentang bulananmaupun dalam keadaan stockout, atau yang disebut dengan istilah transfer obat. Pengadaanobat dalam rentang bulanan dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu kebutuhan obatbulanan dan diajukan ke Pusat Bisnis. Sedangkan transfer obat dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh outlet manapun kepada outlet lainnya selama dalam lingkup unit bisnis yangsama. Transfer obat dapat dilakukan apabila terdapat permintaan pelanggan akan obat yangtidak tersedia di outlet transfer obat dapat dilakukan dengan menggunakan Aplikasi PengadaanObat yang terdapat dalam Sistem Informasi PT Kimia Farma Apotek revisi-1 berbasisdesktop. Transfer obat dari suatu outlet dilakukan oleh PIC Pengadaan outlet dengan tahapanawal mengecek stok obat yang tersedia di outlet yang akan dituju. Selama ini stok yang dapatdilihat oleh PIC Pengadaan outlet peminta merupakan stok obat suatu outlet pada 1 jam yanglalu dikarenakan proses sinkronisasi data stok obat tiap outlet melalui aplikasi DropBoxterjadi tiap 1 jam sekali. Apabila stok obat outlet yang dituju mencukupi, PIC Pengadaanoutlet peminta akan mengisi daftar obat yang diminta pada form Bon Permintaan BarangApotek BPBA. Namun kegiatan ini harus dilakukan bergantian dengan mengecek stok obatdari outlet yang dituju dikarenakan halaman pengecekan stok dan pengisian form BPBAberada pada aplikasi yang berbeda sehingga dibutuhkan ketelitian pengecekan dan waktu10 transfer obat yang lama. Setelah melakukan permintaan obat PIC Pengadaan outlet pemintadiwajibkan menelepon outlet yang dituju sebagai bentuk konfirmasi permintaan obat. Hal initerjadi dikarenakan tidak adanya fitur notifikasi kepada outlet yang BPBA yang telah terisi akan diserahkan kepada PIC Gudang outlet yang PIC Gudang tersebut akan mengecek ketersediaan stok obat sesuai denganpermintaan pada form BPBA. Karena isi form BPBA didapatkan dari mengecek stok obat 1jam yang lalu, kemungkinan ketersediaan obat menjadi tidak pasti dikarenakan berubahnyastok obat suatu outlet dalam 1 jam akibat proses penjualan. Proses transfer obat menjadi tidakefektif dan efisien. Kalaupun stok obat tersedia belum tentu PIC Gudang tersebut mengetahuiadanya permintaan obat karena tidak adanya notifikasi. Hal ini juga dapat menyebabkan tidakterpenuhinya kebutuhan obat pelanggan. Demikian juga pada tahapan selanjutnya yaitudropping obat dari outlet yang dituju dan penerimaan obat pada outlet peminta. Adapunproses transfer obat tersebut dapat digambarkan dalam diagram BPMN berikut ini11 KESIMPULANBusiness Process Modelling BPM atau Pemodelan Proses Bisnis PPB merupakandiagram yang umum mewakili urutan kegiatan secara implisit berfokus pada sebuah proses,tindakan dan kegiatan job. Dalam organisasi besar Pemodelan Proses Bisnis cenderungdianalisis dan direpresentasikan secara lebih rinci dari pada di organisasi kecil, karena skaladan kompleksitasnya lebih besar. Berdasarkan hasil analisis yang telah kami lakukan diatas, Business ProcessModelling BPM yang diaplikasikan pada PT. Kimia Farma telah berjalan dengan baik. Halini dibuktikan dengan terdapatnya tahapan yang sistematis dan terstruktur pada proses bisnisdi PT. Kimia Farma. Pada pusat bisnis Kimia Farma telah memiliki Bagian yang bertanggungjawab khusus atas kebutuhan akan obat yaitu Bagian Pengadaan dan Gudang yang manasetiap outlet juga memiliki Person In Charge PIC Pengadaan dan PIC Gudang. Kegiatantransfer obat di PT. Kimia Farma dilakukan dengan menggunakan Aplikasi Pengadaan Obatyang terdapat dalam Sistem Informasi PT Kimia Farma Apotek revisi-1 berbasis obat dari suatu outlet dilakukan oleh PIC Pengadaan outlet dengan tahapan awalmengecek stok obat yang tersedia di outlet yang akan DAFTAR PUSTAKAEloranta, Lauri and Kalio, Eero. A Notation Evaluation of BPMN and UML ActivityDiagrams. 2006Ismanto., Hidayah, F., & Kristinant. 2020. Pemodelan Proses Bisnis MenggunakanBusiness Process Modelling Notation BPMN Studi Kasus Unit Penelitian danPengabdian Kepada Masyarakat P2KM Akademi Komunitas Negeri Putra SangFajar Blitar. BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual, Volume 5 Nomor 1, Februari2020Putra, Y. M., 2021. Membuat Model Diagram Business Process Modelling Natation BPMN. Modul Kuliah Manajemen Proses Bisnis. Jakarta FEB-Universitas Mercu A. K. 2017. TA Rancang Bangun Aplikasi Transfer Obat Antar OutletBerbasis Web Studi Kasus PT Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Surabaya Doctoraldissertation, Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.Ramdhani, M. A. 2015. Pemodelan Proses Bisnis Sistem Akademik MenggunakanPendekatan Business Process Modelling Notation BPMN Studi Kasus InstitusiPerguruan Tinggi XYZ. Jurnal Informasi, Volume VII / November / D., & Falahah. 2007. Pemodelan Proses Bisnis B2B Dengan BPMNStudi Kasus Pengadaan Barang Pada Divisi Logistik. Seminar Nasional AplikasiTeknologi Informasi 2007 SNATI 2007. Yogyakarta, 16 Juni ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Pengadaanobat dan/atau bahan obat di Apotek menggunakan surat pesanan yang mencantumkan SIA. Surat pesanan harus ditandatangani oleh Apoteker pemegang SIA dengan mencantumkan nomor SIPA. 8. Kerjasama Apotek dapat bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan asuransi lainnya. Kerja sama dilakukan berdasarkan rekomendasi
PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI PENGADAAN OBAT TERDISTRIBUSI ANTAR OUTLET BERBASIS WEB PADA APOTEK KIMIA FARMA BISNIS MANAGER BANDUNG Abstract Apotek Kimia Farma Bisnis Manager adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang distribusi obat milik Kimia Farma maupun pihak ketiga seperti Pedagang Besar Farmasi PBF lainnya. Ketersediaan produk yang dijual menjadi penting untuk selalu ada agar permintaan obat pelanggan selalu terpenuhi sehingga pelanggan tetap setia menggunakan produk-produk dari Apotek Kimia Farma. Hingga saat ini tiap outlet memiliki kebutuhan akan produk obat yang berbeda-beda sehingga supply obat tiap outlet bervariasi. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu dapat memberikan dan mengolah informasi ketersediaan obat yang akan diminta dari outlet yang dituju, bagian Gudang dapat mengetahui adanya permintaan obat dari outlet lainnya, bagian Pengadaan dapat mengetahui diterima tidaknya permintaan obat yang diajukan kepada outlet yang dituju, kemudian informasi mengenai jarak outlet terdekat, agar proses pengiriman obat lebih cepat dilakukan. Metode Waterfall adalah model yang dikembangkan untuk pengembangan perangkat lunak dimana model berkembang secara sistematis dari satu tahap ke tahap lain dalam model seperti air terjun. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan kepada pengembangan software yang sistematik dan sekuensial yang mulai dari tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan. Hasil penelitian ini yaitu Sistem Informasi Pengadaan Obat Terdistribusi Antar Outlet Berbasis Web pada Apotek Bisnis Manager Kimia Farma yaitu menampilkan informasi ketersediaan obat yang akan diminta dari outlet, proses pengiriman obat dapat lebih cepat karena memprioritaskan outlet terdekat, Bagian Gudang dapat menerima informasi adanya permintaan obat dari outlet lain, Bagian Pengadaan dapat menerima informasi diterima tidaknya permintaan obat yang dilakukan kepada outlet yang dituju. Kata kunci Apotek Kimia Farma, Pengiriman Obat. DOI Refbacks There are currently no refbacks. Address Fakultas Teknik Universitas Wahid HasyimJL. Menoreh Tengah X / 22, Sampangan, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah 50232, IndonesiaCiptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi Internasional.
kimiafarma apotek pastikan stok obat-suplemen aman Juli 07, 2021 PT Kimia Farma Apotek (KFA), sebagai anak usaha PT Kimia Farma Tbk.memastikan ketersediaan obat dan suplemen di gerai apotek Kimia Farma di seluruh Indonesia sehingga tidak akan mengalami kenaikan harga di tengah permintaan obat dan suplemen yang ikut melonjak akibat meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan PKL adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian yang memadukan secara sistemik dan sinkron program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui profesional tertentu. Dimana siswa yang bersangkutan ditempatkan disuatu institusi dalam jangka waktu tertentu, sehingga siswa lebih jelas dan mengetahui fungsi dan kedudukannya dalam dunia industri sebagai tenaga siap pakai yang terjun lanngsung ke masyarakat tanpa menghadapi hambatan. Praktek kerja lapangan PKL, mengandung makna bahwa kegiatan ini menjadi tanggung jawab bersama antar pihak sekolah dan masyarakat atau dunia kerja. Di lingkungan sekolah dan lingkungan dunia kerja, semua sistem pendidikan/ pelatihan yang berlangsung di dunia kerja dievaluasi oleh dunia kerja. B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja dan tanggung jawab seorang Tenaga Teknis Kefarmasian di apotek. Untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat serta perbekalan farmasi lainnya. 2. Tujuan Khusus Untuk menghasilkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang profesional, jujur dan bertanggung jawab dalam hal pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. 3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan PKL Laporan ini disusun agar dapat berguna bagi Pihak sekolah sebagai tanggung jawab penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan PKL , serta sebagai bahan masukan mengenai perkembangan siswa dalam melaksanakan praktek tersebut. Pihak dunia kerja sebagai bukti pelaksanaan praktek kerja lapangan PKL, dan pertanggung jawaban penulis. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan selama melaksanakan praktek kerja lapangan PKL di Apotek Kimia Farma Diponegoro. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 13 tentang pekerjaan kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apotek merupakan salah satu tempat penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat pasien. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/ MENKES / SK / X / 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 992 / MENKES / PER / X / 1993 yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 992/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat, tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, dan akan melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. B. Perundang – Undangan Pasal 1 Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi / Asisten Apoteker. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian, yang selanjutnya disebut SIKTTK adalah surat izin praktik yang diberikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Alat kesehatan adalah bahan, instrument aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Standar kefarmasiaan adalah pedoman untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan kefarmasiaan. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan kepada Apoteker Pengelola Apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Izin Apotik diberikan oleh Menteri; Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotik kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotik sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi; Pasal 12 Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin; Sediaan Farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 29 Pengamanan dimaksud Pasal 28 wajib mengikuti tata cara sebagai berikut Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, Psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotik; Narkotika, Psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci; Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi. Deskripsi Resep, Copy Resep dan Obat Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis resep yang tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan formula standar, formulae magistralis resep yang ditulis oleh dokter. Suatu resep yang lengkap harus memuat Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat / pemilik hewan. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal. Khusus untuk Narkotika harus ada nama dan alamat jelas pasien serta umur pasien. 2. Salinan Resep Copy Resep Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, copy resep juga harus memuat Nama dan alamat apotek. Nama dan nomor izin Apoteker Pengelola Apotek. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek. Tanda det detur untuk obat yang sudah diserahkan, pada resep dengan tanda ITER ...x diberi tanda detur orig atau detur...x. Istilah lain dari Salinan Resep adalah apograf, exemplum, afschrif. Obat adalah semua bahan tunggal / campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk hidup untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit. Menurut UU yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, atau memperelok badan atau bagian tubuh manusia. Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/4/SK/UI/83 obat digolongkan dalam Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter dan tidak membahayakan bagi pemakai dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Obat Bebas Terbatas Obat Bebas Terbatas atau obat yang masuk dalam daftar W , menurut bahasa Belanda W singkatan dari Waarschuwing artinya peringatan. Jadi maksudnya obat yang pada penjualannya disertai dengan tanda peringatan. Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan P1-P6. Penandaannya adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Obat Keras Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda G singkatan dari Gevaarlijk artinya berbahaya, adalah a Obat yang mempunyai takaran maksimum atau yang tercantum dalam obat keras. b Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah C. Tugas dan Fungsi Apotek a Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002 BAB III GAMBARAN UMUM A. Ruang Lingkup PKL Nama Apotek Kimia Farma Apotek Diponegoro 68 Samarinda Telepon 0541 900107 Dibentuk 2010 APA Retno Mayadiani S. Farm .,Apt SIA 503 / Apt-17 / DKK / VIII / 2010 SP Personalia Apoteker Pendamping Yogi Radite SS. Apt. TTK Fadma Padilah Anisa Fitri Aina Kurnia Nur Rohim Muhammad Ridwan Non TTK Rahmad Dokter dr. Agnes Kartini Sp. KK dr. Manfred H. Sp. M dr. Jaya Mualimin, Sp., drg. Heru Kristanto dr. Wardhana Sp. Pd Pelaksanaan PKL Tanggal pelaksanaan PKL 1 – 27 Agustus 2011 Hari pelaksanaan Senin - Sabtu Waktu pelaksanaan Shift Pagi – WITA Shift Siang – WITA B. Visi Apotek Kimia Farma “ Menjadi perusahaan jaringan layanan farmasi yang terkekemuka di Indonesia “ C. Misi Apotek Kimia Farma Apotek v Memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta memberikan solusi jasa layanan kefarmasian bagi pelanggan. v Meningkatkan nilai perusahaan untuk pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan berdasarkan prinsip GCG. v Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM yang lebih professional untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan SDM. D. Tata Ruang v Alat Kesehatan v Obat Generik, Bebas, Bebas Terbatas dan sirop v Obat Narkotika dan Psikotropika v Kasir v Meracik Obat v Penulisan Resep v Kosmetika v Vaksin dan Suppositoria dan Infus v Ruang Tunggu v Ruang Dokter v Toilet BAB IV KEGIATAN PKL A. Pengertian Praktek Kerja Lapangan PKL merupakan suatu kegiatan pelatihan wajib bagi siswa, yang berfungsi sebagai wadah mengasah keterampilan dalam bidang yang ditekuninya serta sebagai pengalaman untuk melakukan perbandingan antara materi yang telah di pelajari disekolah dengan kenyataan dilapangan. Praktek kerja lapangan di apotek bertujuan untuk mempersiapkan para calon Tenaga Teknis Kefarmasian TTK untuk menjalani profesinya secara profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab tantangan di era globalisasi guna memperoleh gambaran tugas seorang Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek. B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi 1. Perencanaan Perencanaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan dalam merencanakan pengadaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan Apotek dan pada periode selanjutnya. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan kombinasi antara a Pola Konsumsi Yaitu perencanaan perbekalan farmasi yang sesuai hasil analisis data konsumsi obat pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari resep-resep yang masuk setiap hari. jika obat atau barang yang habis atau laku keras maka dilakukan perencanaan pemesanan obat tersebut. b Pola Penyakit Yaitu perencanaan perbekalan farmasi yang sesuai data jumlah pengunjung dan jenis penyakit yang banyak di keluhkan atau di konsultasikan dengan APA atau TTK di Apotek, hal ini juga dapat di lihat dari data-data yang sesuai, contohnya data UPDS Upaya Pengobatan Diri Sendiri atau data HV Obat Bebas. 2. Pengadaan Setelah dilakukan perencanaan maka kegiatan selanjutnya adalah pengadaan. Tujuan pengadaan perbekalan farmasi adalah untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di Apotek sesuai dengan data perencanaan yang telah di susun sebelumnya. Pengadaan dilakukan dengan mencari dan menemukan penyalur masing-masing perbekalan farmasi yang dalam hal ini penyalurnya adalah Pedagang Besar Farmasi PBF dan di lengkapi dengan nama, alamat, nomor telepon, daftar harga masing-masing penyalur dan penentuan waktu pembeliannya. Pengadaan perbekalan farmasi untuk mendukung pelayanan di Apotek Kimia Farma Diponegoro diajukan oleh Apoteker Pengelola Apotek APA kepada Pedagang Besar Framasi PBF dengan menggunakan surat pesanan SP, namun terdapat pula cara lain dalam permintaannya, yaitu APA Kimia Farma Diponegoro mengajukan daftar pesanan obat atau yang disebut Bon Permintaan Barang Apotek BPBA yang diambil dari data defekta yang kemudian akan dikirim ke BM Bisnis Manager Kimia Farma Samarinda yang terletak di Soetomo yang kemudian dari BM Kimia Farma Samarinda akan membuat surat pesanan SP kepada PBF-PBF di Samarinda. Permintaan perbekalan farmasi yang melalui BM Samarinda dilakukan setiap dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Kegiatan a. Permintaan melalui BM Kimia Farma Samarinda dilakukan setiap dua kali seminggu pada hari Senin dan Kamis. b. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin seperti pada resep-resep Cito atau Urgent. c. Permintaan perbekaln farmasi dilakukan dengan menggunakan surat pesanan SP melalui BM sedangkan pemesanan narkotika dan psikotropika harus langsung melalui Farma Trading & Distribution Samarinda. d. Permintaan obat diajukan kepada PBF-PBF di Samarinda. Dalam penentuan jumlah permintaan perbekalan farmasi diperlukan data Pemakaian obat-obat bebas, bebas terbatas, keras, jamu, dan alat kesehatan pada periode sebelumnya. Jumlah kunjungan resep. Berdasarkan UU tahun 1992 tentang kesehatan dan PP Nomor 72 tahun 1992 tentang pengamanan sediaan farmasi yang diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah Apoteker. 3. Penerimaan Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima perbekalan farmasi yang diserahkan dari unit-unit pengelola yang lebih tinggi PBF kepada unit pengelola dibawahnya Apotek. Perbekalan farmasi yang telah dikirim ke Apotek Kimia Farma Diponegoro disertai faktur dan di terima oleh petugas pembelian. Petugas pembelian TTK akan melakukan pengecekkan terhadap barang yang datang disesuaikan dengan surat pesanan SP dan diperiksa nama sediaan, jumlah, dosis, expiredate , dan kondisi sediaan. Setelah pengecekkan selesai faktur di tanda tangani dan diberi stampel Apotek oleh petugas penerima TTK, yang diketahui oleh Apoteker Pengelola Apotek. Setiap penerimaan perbekalan farmasi dicatat pada masing-masing kartu stok dan kemudian dientri ke komputer berdasarkan fraktur yang telah dicocokkan pada saat penerimaan barang. Jika barang yang datang tidak sesuai dengan surat pesanan SP atau ada kerusakan fisik maka bagian pembelian akan melakukan retur barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk di tukar dengan barang yang sesuai. 4. Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan dimana barang yang diterima disimpan dalam rak-rak obat berdasarkan penggolongan obat serta khasiat farmakologi secara alphabetis dan kartu stok langsung di isi. Penyimpanan dilakukan berdasarkan penggolongan sebagai berikut a Berdasarkan bentuk sediaan meliputi tablet atau kapsul, sirop, obat tetes, salep atau krem, di bedakan bentuk padat dan cair. b Berdasarkan jenis obat meliputi Obat Generik, Produk Kimia Farma, obat Bebas, Obat Keras, Obat Narkotika, Obat Psikotropika. c Berdasarkan masa perputaran barang meliputi cepat fast moving, sedang moderate moving, dan lambat low moving. d Berdasarkan sifat kimia dan fisik obat meliputi penyimpanan obat dalam suhu dingin dan penyimpanan suhu kamar. e Obat narkotika dan psikotropika yang telah dikirim, kemudian disimpan dalam masing-masing lemari khusus dilengkapi dengan kunci dan bukti penerimaannya harus ditanda tangani oleh APA. Setiap obat memiliki kartu yang digunakan untuk mencatat keluar masuknya obat sehingga memudahkan pengontrolan terhadap persediaan obat dan kebutuhan obat tersebut. Persyaratan Lemari Narkotika di Apotek a Terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat b Almari harus mempunyai kunci yang kuat c Alamari dibagi menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yg berlainan, bagian pertama untuk menyimpan morfin, pethidin & garam-garamnya serta persediaan Narkotika, bagian kedua untuk menyimpan narkotika lainnya yg dipakai sehari hari. d Apabila ukuran almari kurang dari 40 X 80 X 100 cm, almari harus dibaut / dipaku ditembok atau lantai. e Almari tidak boleh untuk menyimpan barang lain, kecuali ditentukan oleh Menkes RI. 5. Pelayanan Apotek Kimia Farma Diponegoro melayani palayanan perbekalan farmasi terdiri dari pelayanan obat dengan resep dokter, obat-obat bebas tanpa resep dokter UPDS dan obat-obat dengan resep dokter, baik tunai maupun kredit. a Pelayanan Obat Bebas Alur pelayanan obat non resep Obat Bebas yaitu pasien datang dan dilayani langsung oleh petugas pelayanan dan kasir dimini swalayan serta konsultasi pemilihan obat dilayani baik oleh TTK maupun Apoteker secara langsung. didalam operasional sehari-sehari Apotek Kimia Farma menggunakan komputer yang dilengkapi denhan software pelayanan untuk menunjang profesionalisme pelayanan yang telah ada. b Pelayana Obat Tanpa Resep Dokter UPDS Pelayana obat ini dilakukan atas permintaan langsung dari pasien, biasanya terdiri dari obat-obat wajib apotek OWA yang dapat diberikan tanpa resep dokter. Apoteker atau TTK terlebih dahulu bertanya kepada pasien mengenai keluhan yang dirasakan, kemudian memberikan beberapa pilihan obat yang bias digunakan. setelah pasien setuju dan menyelesaikan pembayarannya obat disiapkan, kemudian diserahkan serta mencatat nama dan alamat pasien sebagai dokumen penjualan atau untuk keperluan lain. c Pelayanan Obat Resep Dokter dengan Pembayaran Tunai Pelayanan obat atas resep tunai dilakukan sebagai berikut TTK menerima resep dari pasien TTK melihat kelengkapan resep TTK menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui, resep diberi nomor dan kasir menyerahkan struk kepada pasien sebagai bukti pembayaran Kasir menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk menyiapkan barang atau obat yang diminta dalam resep Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas penyerahan memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep TTK menvalidasi waktu pelayanan dan memberikan informasi dosis, cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan Resep diserahkan kepada penanggung jawab peracikan untuk diarsipkan. Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka TTK membuatkan salinan resep dan / atau kwintansi pembayaran. d Pembayaran Obat Resep Dokter Dengan Pembayaran Kredit Pelayanan resep kredit diberikan kepada instansi atau badan usaha yang telah menjalin kerjasama dengan Apotek Kimia Farma Diponegoro seperti PLN cabang dan sector, PELINDO, RS Islamdan lain-lain. Selain itu pelayanan resep kredit dapat dilakukan melalui kontrak dokter, penagihan resep kredit dapat dilakukan oleh dokter yang bersangkutan kepada instansi terkait. pelayanan resep kredit dilaksanakan sebagai berikut TTK menerima resep dari pasien Resep diteruskan kepada petugas peracikan untuk menyiapkan barang atau obat yang diminta dalam resep. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, petugas penyerahan memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep. TTK memberikan informasi dosis, cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan. Resep diserahkan kepada penanggungjawab peracikan untuk diproses pemberian harga, pemisahan pere debitur serta koreksi lain yang diperlukan. Apotek Kimia Farma Diponegoro juga menyediakan pelayanan pengiriman obat ke rumah atau instansi, yang dilakukan oleh petugas Apotek delivery service tanpa di kenakan biaya tambahan. e Pelayanan obat-obat narkotika dan psikotropika Pelayanan dan penyerahan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung obat golongan narkotika diberi tanda garis merah dibawah nama obatnya dan dicatat nomor resep, tanggal penyerahan, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter serta jumlah obat yang diminta dalam laporan pemakaian narkotika. Apotek tidak boleh mengulang penyerahan obat narkotika dan psikotropika atas dasar salinan resep dari apotek lain, salinan resep harus diambil di Apotek yang menyimpan resep aslinya. 6. Stok Opname a. Proses Stok Opname Apotek Kimia Farma Diponegoro Samarinda Dilakukan setiap 1 satu bulan sekali, untuk semua obat, alkes dan barang-barang yang berada di swalayan Apotek. Menyesuaikan jumlah fisik barang dan jumlah pengeluaran obat berdasarkan laporan penjualan perbulan. Hasil dari stok opname diperiksa oleh pimpinan Apotek. Jika hasil stok opname sesuai maka dapat disetujui, jika tidak sesuai maka doperiksa kembali dimana letak ketidaksamaannya. Hasil stok opname yang telah disetujui. akan dikirimkan ke bisnis manager. b. Fungsi Stok Opname Mengetahui stok barang yang tertinggal sehingga dapat dievaluasi apakah terjadi kekurangan barang atau tidak. Mengetahui barang-barang atau obat yang fast moderate dan slow moving serta yang tidak terjual. Mengetahui laba dan rugi perusahaan Mengetahui barang atau obat yang mendekati akan masa kadaluarsa. 7. Pencatatan Dan Pelaporan a Pencatatan Penjualan harian dicatat dalam buku laporan rekap dan input data di komputer setiap hari. Mencatat pengeluaran harian obat dengan pembelian kredit. b Pelaporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika terdiri dari surat pengantar, laporan penggunaan sediaan narkotika dan psikotropika diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota, Dinas Kabupaten Provinsi, Balai POM Samarinda dan Bisnis Manager. c Laporan pemusnahan obat golongan narkotika dan psikotropika sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku, dihadiri oleh petugas Dinas Kesehatan DT II, APA dan salah satu karyawan Apotek. Setelah dilakukan pemusnahan, dibuat berita acara pemusnahan narkotika yang ditujukan kepada Badan POM, Dinas Kesehatan Tingkat I Provinsi Kalimantan Timur dan kantor Pusat PT. Kimia Farma. Berita acara pemusnahan narkotika mencakup hari, tanggal, waktu pemusnahan, nama APA, nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang darisaksi dari Apotek, nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan dan tanda tangan penanggung jawab Apotek. BAB V PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma Diponegoro adalah apotek yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro Samarinda. Ditinjau dari lokasinya apotek Kimia Farma Diponegoro berada dijalur yang lalu lintas yang ramai sehingga sangat baik untuk pelayanan kesehatan. selain terletak dikawasan yang lalu lintasnya ramai Kimia Farma Diponegoro juga terletak diantaradua Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Islam dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Aisyiyah, selain itu juga terdapat laboratorium kesehahatan yang sangat menunjang dalam pelayanan kesehatan. Hal yang berhubungan dengan bangunan secara fisik telah memenuhi syarat yang ada karena Apotek Kimia Farma Diponegoro memiliki sarana yang cukup lengkap untuk sebuah apotek. Apotek Kimia Farma juga memiliki lima dokter praktek dalam menunjang pelayanannya, yaitu dokter kulit dan kelamin, dokter mata, dokter kesehataan jiwa, dokter gigi, dan dokter penyakit dalam. Pengelolaan di apotek Kimia Farma Diponegoro meliputi perencanaan, Permintaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pelayanan, Penyerahan, Pencatatan dan Pelaporan yang akan dibahas sebagai berikut a Perencanaan Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan baik dan sistematis karena dilakukan oleh petugas di Apotek Kimia FarmaDiponegoro dengan menggunakan data dari pola penyakit, pola konsumsi serta data dari hasil penjualan. b Pengadaan Pengadaan di Apotek Kimia Farma Diponegoro dilakukan dengan mengirimkan Daftar Pesanan Obat secara komputerisasi ke Bisnis Manager BM Samarinda, kemudian BM akan melakukan pemesanan ke masing-masing distributor, pemesanan melalui BM Samarinda ini dilakukan setiap dua kali dalam seminggu, yakni Senin dan Kamis. Apotek Kimia Farma Diponegoro dapat pula melakukan pemesanan sendiri, yaitu pemesanan secara langsung melalui salesman masing-masing PBF dan SP akan menyusul setelah barang datang. c Penerimaan Pedagang Besar Farmasi PBF mengantar obat yang dipesan sesuai dengan SP dan membawa faktur yang kemudian dilakukan penerimaan oleh petugas apotek yang sebelumnya barang diperiksa terlebih dahulu sesuai apa tidak dengan jumlah dan jenis barangyang dipesan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas apotek meliputi kelengkapan barang tersebut seperti nam obat, sediaan, jumlah obat, kemasan dan tanggal expire datenya, apabila sesuai dengan pemesanan maka APA atau TTK menanda tanganinya serta memberi stampel. Faktur-faktur yang telah masuk dikumpulkan dan datanya dimasukkan ke komputer yang kemidian setelah itu divalidasi oleh APA lalu diberikan ke BM Samarinda dan utang faktur dilunasi oleh pihak BM. d Penyimpanan Barang yang telah diterima kemudian disimpan ketempat penyimpanannya seperti lemari / rak masing-masing, berdasarkan alfabetis dan jenis sediaanya. Khusus untuk sediaan seperti vaksin, sera dan suppositoria disimpan didalam lemari es. Untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika berdasarkan KepMenKes , penyimpanannya harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan dan bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, phetidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari serta apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berurukuran kurang dari 40 x 80x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Serta untuk tiap-tiap item obat terdapat kartu stok obatnya masing- masing. Obat-obatan didistribusikan berdasarkan sistem FIFO First In First Out dan FEFO First Expire First Out. e. Pelayanan Petugas Apotek Kimia Farma Diponegoro telah memberikan pelayanan yang cukup baik kepada pasien. Pelayanan di Apotek Kimia Farma mencakup pelayanan resep tunai, resep kredit, obat-obatan serta alat kesehatan. Setiap petugas yang menerima resep selalu memperhatikan isi resep yang menyangkut nama obat, bentuk obat, umur pasien, aturan pakai dan cara penggunaan obat apabila petugas apotek ragu maka petugas bertanya kepada dokter yang menulis resep. Sebelum obat disiapkan, petugas apotek menghargai resep dan mengecek ada atau tidak stok obat yang diminta, setelah pasien setuju dengan harga resep dan jenis obat, petugas apotek menyiapkan obatnya. Penyerahan obat di apotek kepada pasien diserahkan oleh petugas apotek, baik TTK maupun APA disertai dengan informasi yang jelas tentang cara pemakaian, penggunaan, khasiat obat dan Expire Date dari setiap obat yang diserahkan ke pasien. Bila pasien yang belum memahami informasi yang jelas tentang obat maka petugas akan memberikan informasi yang dibutuhkan. Untuk penulisan etiket meliputi tanggal penulisan, nama pasien, nomor resep, umur, aturan pakaiyang jelas serta keterangan obat sebelum atau sesudah makan, nama dan jumlah obat dan expire Date dari obat. f. Stok Opname Proses Stok Opname Apotek Kimia Farma Diponegoro Samarinda Dilakukan setiap 1 satu bulan sekali, untuk semua obat, alkes dan barang-barang yang berada di swalayan Apotek. Menyesuaikan jumlah fisik barang dan jumlah pengeluaran obat berdasarkan laporan penjualan perbulan. Hasil dari stok opname diperiksa oleh pimpinan Apotek. Jika hasil stok opname sesuai maka dapat disetujui, jika tidak sesuai maka doperiksa kembali dimana letak ketidaksamaannya. Hasil stok opname yang telah disetujui. akan dikirimkan ke bisnis manager. g. Pencatatan dan Pelaporan Pada Apotek Kimia Farma Diponegoro resep yang masuk diarsipkan berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun. khusus untuk resep-resep yang mengandung narkotika atau psikotropika diarsipkan tersendiri secara terpisah dan diberi garis merah untuk narkotika dan garis biru untuk psikotropika. Pencatatan dilakukan setiap hari atas obat yang keluar atau obat yang persediaannya sudah tidak ada. Pencatatan setiap obat yang keluar dicatat di kartu stok tiap jenis obat sedangkan untuk obat yang telah habis dicatat di buku defekta. Pelaporan di Apotek Kimia Farma Diponegoro dibagi menjadi dua, yaitu a Laporan harian, yaitu mencakup pendapatan harian apotek pendapatan waktu pagi, siang, malam dibedakan serta pengeluaran apotek yang setiap harinya Apotek Kimia Farma Diponegoro malakuka setor hasil penjualan ke BM samarinda. b Laporan bulanan, yaitu mencakup laporan hasil penjualan, pembeliaan, stok opname serta laporan narkotika dan psikotropika. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan uraian bab-bab yang telah dijabarkan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Pengadaan perbekalan farmasi berdasarkan atas stok minimum obat yang dicatat pada buku defekta yang dipesan melalui Bisnis Managerpada PBF yang resmi yang ditunjuk. 2. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek APA atau Tenaga Teknis Kefarmasian TTK. 3. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan bentuk sediaan, jenis obat, dosis, sifat fisik dan kimia yang kemudian disusun secara alfabetis sesuai dengan namanya. 4. Stok Opname untuk semua perbekalan farmasi dilakukan setiap satu bulan sekali dan dilaporkan kepada Bisnis Manager. Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika dilaporkan juga kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai POM. 5. Pelayanan penjualan perbekalan farmasi dibantu dengan sistem komputerisasi. 6. Pencatatan penjualan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dan dilaporkan kepada Bisnis Manager serta direkap setiap bulan. B. Saran 1. Saran Kepada Pihak Sekolah Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan PKL lebih diperbanyak dan diperluas sehingga siswa dan siswi dapat lebih mantap lagi dalam melaksanakan PKL. Dan perlu adanya bimbingan kepada siswa –siswi yang akan PKL bagaimana cara membuat laporan PKL 2. Saran Untuk Apotek Meningkatkan pelayanan terhadap pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi. 3. Saran untuk Siswa / Siswi yang akan melaksanakan PKL Sebaiknya siswa / siswi yang hendak melaksanakan PKL kiranya bisa menguasai pelajaran kefarmasian khususnya sinonim, mengetahui nama-nama obat baik generik maupun paten serta pengetahuan mengenai tata cara pemakaian komputer. Hendaknya siswa / siswi PKL dapat lebih disiplin, menjaga sikap dan mengikuti segala aturan yang telah ditetapkan oleh instansi yang menjadi tempat PKL.
Ada5 Apotek Kimia Farma yang tersebar di wilayah Ibu Kota DKI Jakarta. Obat COVID-19 gratis ini ditanggung oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Obat hanya bisa diperoleh setelah melakukan konsultasi dokter secara online di 11 platform telemedicine yang bekerja sama dengan Kemenkes.
Proses pengadaan barang untuk kebutuhan Apotek dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut a. Perencanaan Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan farmasi/obat yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien dan sesuai dengan anggaran yang obat dikatakan baik apabila pembelian memenuhi beberapa ketentuan antara lain jumlah obat sesuai dengan kebutuhan, pembelian mampu melayani jenis obat yang diperlukan pasien dan jumlah pembelian menunjukkan keseimbangan dengan penjualan secara proporsional. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanan pengadaan perbekalan farmasi adalah
Pengadaanbarang di Apotek Kimia Farma 179 dilakukan satu kali dalam seminggu, pada hari selasa. Untuk melakukan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 179 dibuatkan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) untuk diserahkan kebagian pengadaan di BM. Bagian pengadaan akan memproses dan dibuatkan surat SP (surat pesanan) untuk ditujukan ke PBF.
Apotek merupakan salah satu tempat pelayanan bidang kesehatan di Indonesia khususnya dalam melakukan praktik kefarmasian. Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan perawatan serta menyimpan dengan meletakkan obat yang diterima pada tempat yang aman. Penyimpanan yang baik dapat menjadi faktor penentu mutu obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi sistem penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma GKB berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016. Penelitian merupakan jenis penelitian observasional yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap sistem penyimpanan obat menggunakan lembar observasi dan dilakukan in depth interview kepada Apoteker. Berdasarkan observasi yang dilakukan, diperoleh hasil implementasi penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma GKB memiliki persentase yang masuk dalam rentang sangat baik yakni 81% - 100% dengan nilai 100 %. Hal ini menunjukan Apotek Kimia Farma GKB telah memenuhi standar penyimpanan berdasarkan Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Adapun dalam penelitian Putra, 2020 Berdasarkan uraian di atas, penulis berjudul "Evaluasi Apotek Rumah Sakit X Sistem Penyimpanan Antibiotik Menggunakan Metode FIFO dan FEFO". Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem penyimpanan antibiotik dengan metode FIFO dan FEFO di apotek RS X. ...Ghea Isna AnandaniRismayanti FauziahWempi Eka RusmanaAccording to RI law no. 40 of 2009, a hospital is a health service institution that provides complete individual health services that provide inpatient, outpatient, and emergency services. Storage methods can be carried out by applying the FEFO and FIFO principles, depending on the unit size and alphabetical order. This study was conducted to determine the antibiotic drug storage system using the FIFO and FEFO methods in the pharmacy warehouse of Hospital X. The method used in this study was a descriptive and quantitative method with the data used were primary data derived from interviews in the hospital pharmacy warehouse. X. Based on the results of research that has been carried out at Hospital X from 14 respondents for results categorized as Good 100% for results categorized as Bad 86% while for results categorized as Poor 64%. So it can be concluded that based on the dosage form, it states that the storage of drugs that are in accordance with the dosage form is categorized as Good. Meanwhile, liquid preparations stored on the bottom shelf are categorized as poor. Based on the alphabet, it states that the storage of antibiotics is in accordance with the alphabet, categorized as Good. Antibiotics with generic names are complete in the drug warehouse and are categorized as poor. Based on FIFO, it is stated that the FIFO method is very effective in being applied in the pharmaceutical drug warehouse, which is categorized as good. Based on FEFO, it is stated that the FEFO method is very important to be applied in a good category of drug Fauzia NoviantiRida EmeliaLatar Belakang Diabetes merupakan penyakit yang prevalensi serta insidensinya mengalami peningkatan diseluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia WHO memprediksi adanya jumlah penyandang Diabetes Melitus yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penggunaan obat Antidiabetes, mengingat banyaknya pasien diabetes melitus dari rekanan PT X di Apotek Kimia Farma 167 Cimahi. Sehingga Apotek Kimia Farma 167 dapat memenuhi kebutuhan obat antidiabetes pasien dan pasien dapat mengkonsumsi obat secara kontinyu. Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Hasil Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Kimia Farma 167 Cimahi, dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa klasifikasi persediaan berdasarkan analisis pareto, analisis pareto memfokuskan pada persediaan yang bernilai tinggi critical daripada yang bernilai rendah trivial.Nurul Fauzia NoviantiRida EmeliaLatar Belakang Diabetes merupakan penyakit yang prevalensi serta insidensinya mengalami peningkatan diseluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia WHO memprediksi adanya jumlah penyandang Diabetes Melitus yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penggunaan obat Antidiabetes, mengingat banyaknya pasien diabetes melitus dari rekanan PT X di Apotek Kimia Farma 167 Cimahi. Sehingga Apotek Kimia Farma 167 dapat memenuhi kebutuhan obat antidiabetes pasien dan pasien dapat mengkonsumsi obat secara kontinyu. Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Hasil Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Kimia Farma 167 Cimahi, dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa klasifikasi persediaan berdasarkan analisis pareto, analisis pareto memfokuskan pada persediaan yang bernilai tinggi critical daripada yang bernilai rendah trivial.ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.
DiJakarta, salah satu cabang yang buka 24 jam adalah Apotek Kimia Farma K.S Tubun Raya. Lokasi tepatnya berada di Jalan Aipda K.S. Tubun Raya No. 84 B - C, Slipi, Palmerah, Jakarta Barat. Sebagai salah satu brand farmasi terbesar di Indonesia, ketersediaan obat - obatan di setiap cabangnya sangat lengkap.
Tujuan pengelolaan obat adalah terciptanya sistem pengadaan yang efisien sehingga dapat menjamin ketersediaan obat yang tepat, jumlah yang cukup, harga wajar dan dengan standar kualitas yang telah dikenal dari sumber resmi dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, terbentuknya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang menjamin perpindahan obat dari sumber pemasok sampai ke pengguna dengan prinsip cost effectiveness dan terpercaya, terhindar dari pemborosan, kerusakan, dan kehilangan, serta menjamin stabilitas atau kualitas obat. Agar terciptanya tujuan diatas, maka tenaga kefarmasian harus melakukan kegiatan, diantara kegiatan yang penting adalah proses perencanaan serta pengadaan dan proses penyimpanan serta pengamanan persediaan. Dalam perencanaan serta pengadaan apotek Kimia Farma 179 menggunakan prinsip pareto atau berdasarkan tingkat penjualan. Barang obat yang laku fast moving akan dipesan dalam jumlah besar, sedangkan obat yang kurang laku slow moving hanya dipesan seperlunya saja. Kegiatan penyimpanan dan pengamanan persediaan meliputi merancang fisik dan peralatan yang diperlukan sesuai dengan undang-undang dan peraturan dan peraturan yang berlaku untuk menjamin stabilitas obat, merancang dan melaksanakan prosedur tetap pengamanan persediaan dan menyimpan obat yang sesuai dengan dokumen penyerta serta sesuai dengan sistem penyimpanan yang dipilih. 1. Perencanaan Apotek Kimia Farma 179 melakukan perencanaan dengan menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi, yaitu dilihat dari data obat-obat yang banyak digunakan pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari banyaknya resep dokter yang masuk setiap harinya dan berdasarkan pola penyakit. Sebelumnya telah dilakukan pengumpulan data obat-obat yang habis atau jumlah persediaannya menipis. Data obat-obat tersebut biasanya ditulis dalam buku defecta. Selain itu, perencanaan obat di Apotek Kimia Farma 179 juga dilakukan berdasarkan data dari pareto penjualan, KLB Kejadian Luar Biasa, iklan dan promo. 2. Pengadaan Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 179 dilakukan satu kali dalam seminggu, pada hari selasa. Untuk melakukan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 179 dibuatkan BPBA Bon Permintaan Barang Apotek untuk diserahkan kebagian pengadaan di BM. Bagian pengadaan akan memproses dan dibuatkan surat SP surat pesanan untuk ditujukan ke PBF. alur pemesanan obat Apotek Kimia Farma Obat yang akan dipesan dimasukan kedalam BPBA Bon Permintaan Barang Apotek BPBA dikirim ke bagian Pengadaan melalui sistem online Bagian pengadaan membuat SP surat pesanan sesuai BPBA SP diperiksa BM dan ditandatangani SP dikirim ke PBF PBF mengantarkan obat ke apotek sesuai dengan surat pesanan SP Untuk produk atau obat yang diperlukan dalam jumlah kecil, maka pengadaan dilakukan dengan cara BPBA atau Bon Obat ke Apotek Kimia Farma lainnya. 3. Penerimaan Obat yang diantar ke Apotek Kimia Farma di Banjarbaru bersama dengan faktur akan diterima oleh asisten apoteker atau petugas yang berjaga. Petugas yang menerima harus mencocokkan barang dengan DO/faktur dan SP pada lembar ke-2. Pemeriksaan mencakup nama obat, jumlah, kemasan, masa expired date, harga satuan, diskon, perhitungannya benar semua. Apabila telah sesuai dengan BPBA dan faktur, maka petugas apotek akan menandatangani faktur dan memberikan cap/stempel apotek. Selanjutnya dilakukan pencatatan pada buku penerimaan faktur. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan seperti kemasan rusak, jumlah obat yang tidak sesuai, kesalahan pengiriman, sehingga jika hal demikian terjadi dapat segera dilakukan klarifikasi. 4. Penyimpanan Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan oleh tenaga kefarmasian dan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu 1 Obat-obatan yang disimpan khusus misalnya seperti sediaan suppositoria, injeksi, vaksin dan sebagainya harus disimpan dikulkas. 2 Obat-obat yang pareto A ditempatkan dalam rak tersendiri 3 Obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang terkunci 4 Obat generik disimpan pada rak tersendiri 6 Pada rak obat tersusun berdasarkan bentuk sediaan dan abjad. Misalnya salep, injeksi, sirup, drop, tetes mata/telinga dan aerosol. 7 Obat-obatan lainnya disimpan berdasarkan abjad, tingkat penjualan dan ada juga yang berdasarkan efek farmakologinya misalnya golongan Antibiotika, Saluran pencernaan, Hipertensi, Kolestrol, Jantung, Diabetes, produk KF dan vitamin. 8 Pada swalayan farmasi obat-obatan tersusun berdasarkan bentuk sediaan, abjad dan efek farmakologinya. 5. Distribusi a. Pendistribusian obat tanpa resep dokter dan Alkes Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter meliputi golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan golongan obat wajib apotek. Alur distribusi obat tanpa resep dokter dan alkes b. Pendistribusian obat melalui resep dokter Pembeli datang ke apotek dan menyebutkan obat / alkes yang akan dibelinya Asisten apoteker menyiapkan obat / alkes Asisten apoteker memberitahu harga obat / alkes Pembeli membayar sesuai harga obat / alkes Untuk obat yang diserahkan melalui resep dokter meliputi obat keras, obat psikotropika dan obat narkotika. Alur distribusi obat melalui resep dokter Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka AA membuatkan salinan resep sebagai hak pasien 6. Pelayanan AA menerima resep dari pasien AA melihat kelengkapan resep AA menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien Pasien membayar harga obat yang disetujui Menyiapkan obat sesuai dengan yang diresep Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, AA memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep AA menvalidasi waktu pelayanan dan memberikan informasi dosis, cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan a. Pengelolaan Resep Pelayanan pada Apotek Kimia Farma 179 Martapura terdiri dari 3, yaitu a Pelayanan I Yaitu pelayanan obat-obatan yang dapat dibeli tanpa resep dokter, yang sering disebut UPDS Upaya Pengobatan Diri Sendiri. b Pelayanan II Yaitu pelayanan obat-obatan dengan menggunakan resep dokter dan dibayar tunai oleh pasien. c Pelayanan III Yaitu resep kredit pelayanan obat-obatan untuk perusahaan yang telah memiliki ikatan kerjasama dengan Apotek Kimia Farma. Apotek Kimia Farma 179 Martapura tidak hanya melayani resep yang dibayar dengan tunai atau cash, tetapi juga melayani resep yang dibayar dengan kredit. Perusahaan yang dilayani secara kredit adalah perusahaan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan BM Banjarbaru dan berlaku untuk semua Apotek Kimia Farma. Pasien membawa resep sendiri yang sudah terdapat catatan yang menyatakan bahwa resep tersebut dibeli secara kredit atau dengan membawa surat keterangan dari perusahaan atau menunjukkan identitas diri yang menyatakan bahwa pasien tersebut adalah karyawan perusahaan yang bersangkutan. Resep yang masuk setiap harinya disusun berdasarkan hari, tanggal, dan bulan yang disimpan dalam lemari khusus. Untuk resep obat-obat narkotika dan psikotropika dipisahkan dari resep lain dan disusun berdasarkan hari, tanggal, dan bulan. Resep kredit juga dipisahkan dari resep lainnya sesuai dengan nama perusahaan, kemudian dibuat laporan setiap bulannya untuk diserahkan kepada BM. Bagian tata usaha akan melakukan klaim pada perusahaan yang bersangkutan. Resep yang telah disimpan minimal 3 tahun dapat dimusnahkan. Untuk pemusnahan resep dibuat berita acara pemusnahan yang telah disetujui oleh BPOM dan Dinas Kesehatan. Pemusnahan resep dilakukan oleh APA didampingi oleh 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dan 1 orang saksi dari BPOM atau dari pihak Dinas Kesehatan. b. Pengelolaan Obat Wajib Apotek Pelayanan obat wajib apotek di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker maupun asisten apoteker, karena asisten apoteker sudah mengetahui dosis, aturan pakai, kontra indikasi dan efek samping obat wajib apotek. c. Pengelolaan obat keras, narkotika dan psikotropika Pelayanan obat keras di Apotek Kimia Farma 179 Matapura hanya dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker kepada pasien yang datang ke apotek, baik melalui resep dokter, maupun tanpa resep dokter. Pelayanan obat narkotika di Apotek Kimia Farma 179 Martapura hanya melayani pasien yang membawa resep dokter. Hal ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan obat narkotika dan untuk memudahkan dalam pelaporan narkotika yang dilakukan setiap bulan. Pelayanan obat psikotropika di Apotek Kimia Farma 179 Martapura sama dengan pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu hanya melayani pasien yang membawa resep dokter. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan untuk memudahkan dalam pelaporan psikotropika yang dilakukan setiap bulan. d. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan lainnya Pelayanan obat bebas di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Obat bebas dapat dilayani tanpa resep dokter. Untuk dosis dan aturan pakai, pasien cukup mengikuti aturan yang tercantum dalam kemasan obat bebas tersebut. Di Apotek Kimia Farma 179 Martapura ada banyak obat bebas yang diletakkan di gondola depan yang terlihat langsung oleh pasien. Pelayanan obat bebas terbatas di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Obat bebas terbatas dapat dilayani tanpa resep dokter, asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut 1 Obat tersebut hanya dapat dijual dalam bungkus asli dari pabrik atau pembuatnya 2 Pada penyerahan oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan. Pelayanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya di apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Alat kesehatan Alkes dibagi dalam beberapa kelas khusus, yaitu 1 Kelas I Alkes kelas I adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya tidak menyebabkan akibat yang berarti. Penilaian untuk alkes ini dititikberatkan hanya pada mutu dan produk. Contoh sikat gigi, masker, perban dan lain-lain . 2 Kelas IIa Alkes kelas IIa adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alkes ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis. Contoh kursi roda dan tongkat 3 Kelas IIb Alkes kelas IIb adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alkes ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis. Contoh kontak lens 4 Alkes kelas III Alkes kelas III adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Alkes ini sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta memerlukan uji klinis. Di Apotek Kimia Farma 179 Martapura hanya menjual alkes kelas I dan kelas IIa saja, karena alkes tersebut dalam penggunaannya tidak memberikan akibat yang berarti kepada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Contoh alkes yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yaitu sarung tangan, masker, perban, kursi roda dan tongkat. e. Pengelolaan obat rusak, kadaluarsa, pemusnahan obat dan resep Obat rusak adalah obat yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut 1 Tablet a Terjadi perubahan warna, bau dan rasa b Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, pecah, retak dan terdapat benda-benda asing c Kaleng atau botol rusak sehingga dapat mempengaruhi mutu obat menjadi bubuk dan lembab 2 Kapsul a Perubahan warna isi kapsul b terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya 3 Tablet Salut a Pecah-pecah dan terjadi perubahan warna b Basah dan lengket satu dengan yang lainnya c Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik 4 Cairan a Menjadi keruh atau timbul endapan b Konsistensi berubah c Warna atau rasa berubah d Botol-botol plastik rusak atau bocor 5 Salep/krim a Warna berubah b Pot/tube rusak atau bocor c Bau berubah Jika terdapat obat dengan ciri-ciri seperti di atas, berarti obat tersebut digolongkan sebagai obat rusak. Pengelolaan obat rusak di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan cara meretur atau mengembalikan obat tersebut kepada PBF yang bersangkutan, dengan syarat obat tersebut belum memasuki batas kadaluarsa, setidaknya tiga bulan sebelum batas kadaluarsa. Obat kadaluarsa adalah obat yang telah memasuki batas kadaluarsa atau sudah tidak layak untuk digunakan yang dilihat dari tanggal expired date yang terdapat dikemasan obat tersebut. Setiap tiga bulan sekali Apotek Kimia Farma 179 Martapura melakukan kegiatan stock opname, yaitu pemeriksaan terhadap seluruh obat yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura. Tujuan stock opname adalah untuk mengetahui obat-obat yang rusak dan kadaluarsa agar obat yang rusak dapat segera diretur ke PBF jika masih memenuhi syarat dan obat yang sudah kadaluarsa dapat segera dimusnahkan. 1 Pemusnahan obat kadaluarsa Pemusnahan obat kadaluarsa di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yaitu untuk sediaan sirup airnya dibuang ke westafel dan botolnya dibuang, untuk sediaan tablet terlebih dahulu tablet dihancur kemudian dibakar dan untuk sediaan salep dank rim dimusnahkan dengan cara dibakar, kemudian dibuang. Resep yang telah disimpan selama kurang lebih tiga tahun akan dilakukan pemusnahan. Apotek Kimia Farma 179 Martapura melakukan pemusnahan resep dengan cara dibakar. f. Pelayanan KIE Pelayanan KIE adalah pelayanan yang lebih menitikberatkan kepada pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE. Maksud dari pelayanan KIE adalah pelayanan dengan menyampaikan pesan secara langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan efek yang mempengaruhi perilaku positif dimasyarakat dengan gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat sehingga masyarakat berubah ke arah yang positif. Pelayanan KIE meliputi komunikasi yang baik, benar dan sopan kepada pasien dan memberitahukan informasi tentang cara pemakaian obat, indikasi obat, efek samping, sampai hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien seperti obat dengan indikasi antibiotika, pasien harus meminumnya sampai habis agar tidak terjadi resistensi atau kebal terhadap jenis antibiotika tersebut serta pemberian edukasi terhadap pasien. Apoteker atau asisten apoteker harus memberikan edukasi mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki budaya hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan. Pelayanan KIE di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti. Informasi obat yang diberikan kepada pasien meliputi aturan pakai, indikasi obat, cara penyimpanan obat, sampai hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien, seperti pemakaian antibiotika, pemakaian obat sariawan, pemakaian tablet hisap dan lain-lain. Apotek Kimia Farma 179 Martapura telah memberikan informasi obat yang jelas dan pasti tentang suatu obat untuk meningkatkan pemakaian obat secara rasional sehingga dapat tercapai tujuan terapi yang diinginkan. Pemberian Informasi obat dilakukan pada saat penyerahan obat oleh asisten apoteker kepada pasien sehingga pasien dapat menggunakan obatnya dengan benar dan rasional sehingga tujuan terapi dari pengobatan tersebut dapat tercapai. 7. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma 179 Martapura dimulai dari perencanaan barang sampai pemusnahan barang yang telah rusak atau kadaluarsa. Apotek Kimia Farma 179 Martapura melakukan seluruh kegiatan penjualan, pembelian dan administrasi lainnya dengan menggunakan komputerisasi atau yang disebut KIS Kimia Farma Apotek Informasi Sistem. Dengan menggunakan sistem ini, maka seluruh data Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat memudahkan karyawan dalam pengarsipan data Apotek, sehingga apabila suatu saat data tersebut diperlukan, maka dapat ditemukan dengan mudah. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Perencanaan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan berdasarkan data dari buku defecta, dari pareto penjualan, metode epidemiologi, KLB Kejadian Luar Biasa, metode konsumsi, serta iklan dan promosi. 2. Pengadaan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan membuat BPBA Bon Permintaan Barang Apotek untuk diserahkan kebagian pengadaan di BM. Bagian pengadaan akan memproses dan dibuatkan surat pesanan untuk ditujukan ke PBF. 3. Penyimpanan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yaitu berdasarkan penggolongan, bentuk sediaan, abjad, FEFO, efek farmakologi, sifat kimia dan sifat fisika. 4. Pendistribusian di Apotek Kimia Farma 179 Martapura adalah sebagai berikut a. Pendistribusian obat tanpa resep dokter dan Alkes Pembeli datang ke apotek dan menyebutkan obat/alkes yang akan dibelinya dan asisten apoteker akan menyiapkan obat/alkes dan memberitahu harga obat/alkes tersebut. Pembeli membayar sesuai harga dan asisten apoteker menyerahkan obat/alkes tersebut. b. Pendistribusian obat melalui resep dokter Pasien menyerahkan resep kemudian AA memeriksa kelengkapan resep dan menghitung serta mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien. Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui. AA menyiapkan obat dan diberi etiket, kemudian memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep serta memberikan pelayanan KIE meliputi aturan pakai obat dan informasi lain yang diperlukan. 5. Pencatatan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura menggunakan sistem komputerisasi atau yang disebut KIS Kimia Farma Apotek Informasi Sistem 6. Pelaporan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura meliputi pelaporan penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika yang dilakukan setiap satu bulan sekali melalui email serta pemusnahan obat/ resep. 7. Pelayanan KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti. Informasi obat yang diberikan kepada pasien meliputi aturan pakai obat, indikasi obat, cara penyimpanan obat, sampai hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien seperti pemakaian antibiotika. B. SARAN 1. Tetap pertahankan pelayanan yang prima dan berkualitas 2. Penambahan fasilitas ruangan untuk tempat penyimpanan resep 3. Jumlah persediaan obat lebih dilengkapi agar tidak kehabisan saat pasien mencari obat yang diinginkan 4. Apotek Kimia Farma 179 Martapura diharapkan dapat terus berkembang dan dapat meningkatkan terus pelayanannya, sehingga dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien dibidang pelayanan kesehatan 5. Bagi karyawan Apotek Kimia Farma 179 Martapura supaya tetap dapat menjaga kekompakkan kerja dan rasa kekeluargaan sehingga dapat meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik.
MenurutVerdi, pemberitahuan soal pembatasan tersebut sudah dipasang di setiap apotek Kimia Farma agar mudah dibaca pelanggan. Di samping itu, ia juga menegaskan bahwa pembelian Ivermectin harus dengan resep dokter. "Pengumuman Ivermectin yang harus menggunakan resep dokter," ucap Verdi.
Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelayanan obat dan perbekalan farmasi kepada pelanggan. 1. Kegiatan Perencanaan & Pengadaan Kegiatan perencanaan dan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma baik obat-obatan maupun alat kesehatan dilakukan secara terpusat melalui bagian pembelian Distribution Centers DCs di Business Manager BM. Tujuannya adalah agar mempermudah pengadaan di apotek serta bisa mendapatkan diskon yang lebih banyak akibat dari pemesanan barang dalam jumlah yang besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pemasukan berlebih untuk apotek atau penurunan harga barang yang ditujukan untuk promosi. Pemesanan secara terpusat juga dapat menjamin bahwa barang dapat dibeli dari PBF yang dapat dipercaya, sehingga keaslian, keamanan, dan kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan Di Apotek Kimia Farma NO. 55 Kebayoran Lama, perencanaan barang dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari Jum’at. Tujuan dilakukan sekali dalam seminggu adalah agar pemesanan bisa disiapkan dengan baik oleh apotek berdasarkan jumlah barang yang banyak dibeli dalam satu minggu data pareto. Selain itu, dengan sistem tersebut akan memudahkan BM dalam mengkoordinir dan mengatur perencanaan, pengadaaan dan distribusi ke masing-masing apotek yang ada di bawah wilayahnya. BM akan menampung semua BPBA dari apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah, kemudian memprosesnya dan memesankan produk yang diperlukan oleh apotek pelayanan ke PBF, PBF akan mengantarkannya langsung ke gudang yang berada di BM, yang selanjutnya akan didistribusikan ke apotek pelayanan sesuai dengan jadwal. Barang akan tiba di apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama pada hari rabu dan jum’at. Pembuatan BPBA didahului oleh pembuatan pareto oleh apoteker atau asisten apoteker. Dari anlisis secara pereto diperoleh data pareto A, pareto B dan pareto C. Pareto A merupakan produk yang memberikan kontribusi omset hingga sekitar 80% walaupun jumlahnya hanya sekitar 20% dari keseluruhan jumlah produk yang berada di apotek, sedangkan pareto B merupakan barang yang ketersediannya mewakili 30% poduk yang ada di apotek dengan kontribusi omset sebesar 15 %. Pareto C merupakan produk yang memberikan kontribusi omset sekitar 5% dengan jumlah produk yang ada di apotek sekitar 50% dari total produk. Prioritas pengadaan adalah terlebih dahulu memesan produk yang termasuk dalam kategori pareto A yang kurang kemudian pareto B yang kurang dan pareto C yang kurang. Keuntungan dari sistem pareto ini adalah barang yang akan dipesan merupakan barang yang banyak dicari oleh pasien yang datang ke apotek sehingga dengan sisitem ini dapat mencegah kekosongan barang yang ada di apotek dan juga mencegah kelebihan stok barang yang kurang laku di apotek. Keuntungan lainnya yaitu perputaran barang semakin cepat sehingga aliran keuangan juga akan menjadi semakin lancar. Pemesanan barang melalui BPBA juga bisa dilakukan terhadap barang baru yang belum tersedia di apotek akan tetapi memiliki potensi untuk terjual di apotek. Barang yang dipersan bisa berupa obat-obatan, alat kesehatan, makanan, minuman, kosmetik dan barang-barang lainnya. Meskipun barang tersebut tidak ada dalam laporan pareto akan tetapi bsia dipesankan melalui sistem BPBA. Pengadaan barang diluar pareto ini dapat meningkatkan omset apotek terutama dari swalayannya. Akan tetapi pemesanan barang-barang tersebut harus diperhitungkan dengan matang baik jenis barang maupun jumlahnya sesuai dengan barang yang banyak diminati oleh konsumen. Perencanaan yang matang dapat mencegah apotek dari kerugian akibat barang yang diadakan tidak laku terjual. Untuk obat golongan psikotropika dan narkotika pengadaan tidak dilakukan dengan sistem BPBA. Pengadaannya tidak terpusat melalui BM melainkan langsung dari apotek ke PBF yang telah ditunjuk sebagai distributor obat golongan psikotropika dan narkotika, kemudian PBF pun akan langsung mengantarkan obat ke apotek yang bersangkutan. Pengadaan narkotik dan psikotropik berbeda karena kedua macam obat ini peredarannya dipantau secara ketat oleh pemerintah sehingga pengadaan dalam jumlah besar tidak diperbolehkan. Lembar surat pesanan SP untuk obat Narkotika dan psikotropika merupakan SP khusus yang harus dibuat dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek APA. Untuk obat psikotropika satu lembar SP boleh terdiri dari lebih dari satu jenis produk, sedangkan untuk obat narkotika, satu lembar SP hanya boleh mencantumkan satu jenis produk dengan satu satuan dosis. Hal ini dilakukan agar pendistribusian obat psikotropikadan narkotika dapat selalu terawasi dan terkendali, bukti dokumen seperti Surat Pemesanan menjadi sangat penting untuk pemerintah mengawasi pendistribusian obat narkotika dan psikotropika dari PBF ke apotek atau Rumah Sakit. Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal. Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer sistem informasi manajemen diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi pengadaan suatu apotek menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek. Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan HPP yang optimal dan jumlah penolakan resep minimal. 2. Kegiatan Penerimaan Kegiatan penerimaan barang datang di Apotek Kimia Farma dilakukan oleh petugas apotek AA yang sedang bertugas pada saat itu. Barang datang dapat melalui BM dari gudang, langsung dari PBF, atau dari apotek kimia farma lainnya. Pendistribusian barang dari gudang BM dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari rabu dan jumat. Barang yang datang ke apotek harus diperiksa oleh petugas penerima barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke apotek, setelah itu dicek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan nama barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya barang yang dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga dilakukan untuk pemeriksaan yang lebih lengkap. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan barang yang datang baik jenis, dosis, atau jumlahnya. Jika sudah diperiksa, maka diberikan paraf, nama petugas yang menerima barang, tanggal penerimaan, dan waktu kedatangan barang untuk mempermudah penelusuran tentang siapa yang bertanggung jawab ketika terdapat kesalahan barang yang datang. 3. Kegiatan Penyimpanan Setelah dilakukan penerimaan barang dari BM maka barang akan disusun pada tempat masing-masing. Obat-obat ethical akan ditata dan disimpan pada lemari obat-obat ethical yang terdiri dari lemari vitamin, obat generik, antibiotik, pencernaan, hipertensi, hormon, diabetes, tetes mata dan tetes hidung, tetes telinga, inhaler, BPJS, kulkas, semisolid, racikan dan lemari khusus untuk sediaan sirup. Masing-masing obat dalam lemari diurutkan berdasarkan abjad sehingga memudahkan petugas untuk mencari obat-obatan berdasarkan data farmakologis obat dan urutannya. Selain memudahkan petugas penyusunan tersebut juga berguna untuk menghindarkan petugas dari kesalahan pengambilan obat akibat nama dan bentuk yang hampir sama LASA serta nama obat yang sama akan tetapi dosis berbeda. Selain itu obat-obatan dalam lemari yang sama dibedakan lagi dengan menggunakan warna wadah yang berbeda. Hal ini untuk lebih memudahkan petugas membedakan golongan obat karena dalam lemari yang sama bisa saja terdapat dua jenis obat dengan fungsi farmakologi yang berbeda. Penyimpanan obat dalam kulkas hanya dikhususkan untuk sediaan yang mmerlukan kondisi penyimpanan pada suhu < 25°C seperti suppositoria, ovula, pulvis dll. Penyimpanan obat menerapkan prinsip First In First Out FIFO dan First Expired First Out FEFO yang berfungsi untuk mengontrol sediaan farmasi. Pengontrolan barang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan kartu stok dan data yang ada pada sistem komputer. Kartu stok barang digunakan sebagai catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan pemasukan/pengeluaran obat. Namun dikarenakan proses transaksi yang disibukkan oleh pelayanan terhadap pasien membuat pencatatan pada buku stok menjadi jarang dilakukan, padahal hal ini cukup penting karena dapat memberikan informasi mengenai obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsanya. Begitu juga jumlah stok yang tersedia pada sistem komputer terkadang tidak sesuai dengan jumlah stok yang ada di apotek. Ketidaksamaan ini kemungkinan diakibatkan oleh jumlah barnag di sistem yang belum di update oleh petugas ataupun kesalahan yang dilakukan oleh petugas ketika menyesuaikan pilihan antara barang yang dibeli oleh pasien dengan barang jenis barang yang ada di sistem. Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan pada sistem terutama pada penulisan nama dan spesifikasi barang di komputer harus sesuai dengan barang yang ada di apotek. Pemberian label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap kotak obat merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan dalam mengelola expired date obat. Warna label yang diberikan ada tiga macam yaitu hijau, kuning dan merah. Label warna merah menunjukan bahwa obat masih memiliki rentang waktu 3 tahun sebelum daluwarsa, warna kuning 2 tahun sebelum daluwarsa dan merah 1 tahun sebelum daluwarsa. Namun, pelaksanaan pemberian label tersebut kurang maksimal karena banyak tempat obat yang belum diberi label. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh petugas yang terlalu sibuk melayani pasien sehingga kekurangan waktu untuk mengecek pelabelan masing-masing wadah obat. Selain itu obat biasanya tersedia dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk terjual. Oleh karena itu pemberian label menjadi sangat sering dilakukan sehingga akan menambah pekerjaan bagi petugas di apotek. Namun, mengingat pemerian label ini merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencegah barang yang ada di apotek lewat dari masa daluwarsanya maka sebaiknya pelabelan harus tetap dilakukan akan tetapi hanya diberikan satu jenis label yang menandakan bahwa obat akan lewat masa daluawarsanya satu tahun lagi. Dengan demikian semua wadah tidak perlu diberi label, hanya wadah tertentu yang berisi obat yang jarang dibeli oleh pasien. Untuk perlu juga dilakukan pengecekan secara berkala tentang jumlah obat dan tanggal daluwarsanya. 4. Kegiatan Pelayanan Apotek Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 55 adalah melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC Over the Counter dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan HV Hand Verkoop, serta penjualan obat OWA Obat Wajib Apotek yang dikenal sebagai pelayanan UPDS Upaya Pengobatan Diri Sendiri. Menurut kaidah pelayanan, saat konsumen datang ke suatu apotek guna memperoleh obat. Dengan demikian, pihak apotek haruslah menjadi terminal distribusi obat bagi konsumen untuk mendapatkan obat. Jika persediaan obat di apotek sering terjadi kekosongan/tidak lengkap, maka dapat mengakibatkan konsumen mengalami kecewaan. Hal ini tidak hanya dapat menurunkan citra apotek terhadap pandangan konsumen tersebut tetapi juga bagi orang lain yang mendapat informasi dari konsumen sebelumnya perihal kondisi apotek yang tidak lengkap. Hasil akhirnya adalah penurunan penjualan apotek karena calon konsumen berpindah ke apotek pesaing. Selama pengamatan di Apotek Kimia Farma No. 55 jarang terjadi penolakan resep karena tidak tersedianya obat. Namun jika terjadi kekosongan barang untuk memenuhi permintaan konsumen maka ditawarkan obat lain sebagai pengganti obat yang tidak ada sesuai dengan rekomendasi dari dokter pasien tersebut. Untuk obat yang persediaannya habis, diantisipasi dengan melakukan aktivitas pengantaran obat, segera setelah obat tersebut tiba, selain itu obat yang kurang pun akan dijanjikan untuk disediakan obatnya sehari setelah pembelian. Secara umum, petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga telah menunjukkan sikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa yang baik. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta mambantu mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus obat, maka dicarikan obat yang sama dengan harga yang lebih terjangkau. Keadaan tersebut perlu terus dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena keramahan petugas merupakan salah satu unsur pendorong untuk menimbulkan minat pelanggan sehingga melaksanakan pembelian. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan komitmen setiap pagi berupa pertemuan rutin pada pagi hari yang berisi pembacaan janji petugas untuk melayani pasien dengan maksimal, pembahasan masalah yang terjadi kemarin dan ditutup dengan do’a bersama. Pelayanan informasi obat untuk konsumen diberikan oleh Asisten Apoteker AA, maupun oleh Apoteker. Selain itu disediakan juga program Upaya Penyembuhan Diri Sendiri UPDS yang dibimbing oleh Apoteker sehingga Apoteker tidak hanya aktif melayani pasien dalam menyediakan produk obat, tetapi juga disertai dengan informasi dan penjelasan yang cukup tentang obat yang diterima. UPDS merupakan salah satu bentuk swamedikasi dimana Apoteker berwenang memberikan obat keras dengan pertimbangan tertentu seperti pasien sudah pernah memakai obat sebelumnya atau pasien memakai obat tersebut untuk waktu yang lama. Harga obat UPDS lebih murah dari obat resep karena obat UPDS tidak dikenakan biaya servis. Oleh karena itu, copy resep dari apotek lain juga memakai harga obat UPDS sehingga menimbulkan persepsi di mata pelanggan bahwa harga obat di apotek ini lebih murah, ini merupakan salah satu strategi untuk menarik pelanggan. Swalayan farmasi juga merupakan salah satu pelayanan yang diberikan di Apotek Kimia Farma No. 55, swalayan ini membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan pelanggan seperti kosmetik, minuman, alat kesehatan, perlengkapan bayi dan lain-lain. Dengan adanya swalayan ini diharapkan dapat memberikan penghasilan tambahan apotek dan dapat membantu mengalihkan perhatian pasien selama menunggu obatnya selesai disamping di sediakannya juga televisi.
0views, 0 likes, 0 loves, 0 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from Obat Ambeien Anus Keluar Benjolan Paling Ampuh Stadium 4 Salep Cepat Sembuh: Nama Obat Wasir Di Apotik Di Apotik K24 Kimia
p>Terjadinya pergeseran paradigma pelayanan kefarmasian dari pelayanan obat drug oriented menjadi lebih berfokus kepada pelayanan pasien patient oriented dengan berdasar kepada Pharmaceutical Care saat ini sedang terjadi dengan tetap mengkedepankan pedoman patient safety . Salah satu penunjang tercapainya patient safety adalah ketersediaan obat yang dipengaruhi oleh prosess supply chain dari pihak distributor kepada apotek. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui performa supply chain management dari PBF terhadap proses pengadaan di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo dan memberikan rekomendasi terhadap performa supply chain management dari PBF. Rancangan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif . Kinerja supply chain PBF diukur dengan pendekatan Supply Chain Operations Reference SCOR. Model hirarki awal disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Normalisasi Snorm De Boer berfungsi untuk menyamakan nilai metrik yang digunakan sebagai indikator pengukuran. Aspek performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo ditinjau dari atribut reliability diperolehan nilai sebesar 45,81 dan atribut responsiveness diperoleh nilai sebesar 15,24 atribut agility diperoleh nilai sebesar 14,40 atribut asset management sebesar 5,99. Secara total diperoleh jumlah skor performa PBF sebesar 81,44 dapat dikategorikan baik untuk sebuah sistem supply chain .90 Sangat rendah Rendah Rata-rata Baik Sangat baik Pembobotan dengan Analytical Hierarchy Process AHP Pembobotan nilai KPI dapat dilakukan dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process AHP. Tingkat kepentingan dari masing-masing level dan besaran nilai KPI dapat diketahui dengan dilakukannya pembobotan. AHP sendiri merupakan salah satu jenis model pendukung dibuatnya keputusan Saayt. TL, 1990. Dimana jenis model ini dapat memberikan penguraian permasalahan multi faktor yang bersifat kompleks menjadi suatu hirarki Wibisono, 2006. Manfaat lain pada model ini adalah dapat melakukan penggabungan antara unsur objektif dengan subjektif terhadap suatu masalah. Beberapa langkah dasar penyusunan AHP terdiri dari 3 tahapan. Tahap awal yaitu desain dengan bentuk hirarki, yang perlu dilakukan pada model AHP sebagai langkah awal adalah menguraikan persoalan yang bersifat kompleks dan multikriteria selanjutnya menjadi bentuk hirarki. Tahap kedua adalah memprioritaskan prosedur, setelah proses pemecahan permasalahan telah tersusun menjadi sebuah struktur model hirarki, maka tahapan berikutnya adalah memilih mana prosedur yang bersifat prioritas untuk mendapatkan nilai relatif kemaknaan dari elemen penyusun di tiap level. Tahap ketiga adalahmelakukans perhitungan hasil, setelah terbentuk metriks preferensi, maka selanjutnya dapat dilakukan proses normalisasi dan menghitung bobot prioritas pada setiap metriksnya. Menghitung nilai total kinerja SCM Hasil perkalian dari nilai skor normalisasi tiap metrik dengan bobot metrik yang didapat dari hasil pembobotan menggunakan AHP merupakan nilai total kinerja SCM. 3. Hasil dan Pembahasan Masing-masing atribut memiliki makna yang mewakili tiap dimensinya. Dimensi reliability memiliki 10 atribut pengukuran, dimensi responsiveness memiliki 5 atribut pengukuran, dimensi agility memiliki 4 atribut pengukuran dan dimensi asset management memiliki 3 atribut pengukuran. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 54 Nilai normalisasi metriks SCOR model level 1 Perhitungan data pada masing-masing performance attributes menggunakan persamaan Snorm De Boer Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan pada metriks perfect order fulfillment POF nilai maksimal diperoleh sebesar 100,00%, nilai aktual yang dirasakan yaitu sebesar 92,63%. Batas nilai minimal yang pernah dirasakan adalah 0%. Nilai normalisasi setelah dilakukan perhitungan diperoleh angka sebesar 92,63%. Disini masih terlihat adanya perbedaan antara nilai maksimal dengan nilai aktual, artinya bahwa masih ada permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh PBF. Penelitian Luthfiana 2012 dengan studi kasus di PT. Indofarma menyatakan nilai POF sebesar 100%. Sehingga dalam proses pengadaan dan pemesanan perlu adanya upaya dan perbaikan. Hal ini dapat terjadi biasanya dikarenakan stok barang di PBF mengalami kekosongan atau keterlambatan pengiriman barang dari produsen. Tabel 2. Hasil perhitungan nilai normalisasi metriks SCOR model level 1 dari performence atributes yang telah dilakukan dengan menggunakan persamaan Snorm De Boer tehadap kinerja PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo. Perfect order fulfillment % Order fulfillment cycle time hari Supply chain flexibility/ adaptability % Cash to cash cycle time hari Hasil Nilai Performa Selanjutnya dilakukan perhitungan hasil perolehan nilai performa dengan tujuan untuk memberikan gambaran baik atau buruknya performa dari suatu PBF. Pengukuran nilai ini merupakan langkah awal untuk melakukan perbaikan terhadap performa kinerja perusahaan. Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai hasil akhir performa supply chain dari PBF sebesar 81,44 dengan nilai tertinggi pada skor performa untuk atribut reliability sebesar 45,81. Ini bermakna bahwa PBF terkait memiliki performa nilai kehandalan yang baik. Kemampuan untuk dapat melakukan pemenuhan atas permintaan barang tergolong baik. Sedangkan nilai terendah didapat pada atribut asset management dengan metrik cash to cash cycle time skor perolehan sebesar 5,99. Perolehan penilaian tersebut bermakna bahwa performa PBF dalam hal kemampuan serta kecepatan dalam mengubah persediaan menjadi uang masih belum optimal. Beberapa hal yang mempengaruhi nilai tersebut diantaranya ketersediaan barang di PBF tersebut, kompetisi dengan PBF lain dan dampak perubahan regulasi pemerintah mengenai kebijakan pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional. Perolehan nilai berdasarkan sistem monitoring indikator performa sebesar 81,44 dapat dikategorikan baik berdasarkan sistem monitoring indikator kinerja untuk sebuah sistem supply chain dari suatu perusahaan. Namun masih perlu terus dilakukan monitoring dan evaluasi J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 55 terhadap indikator performa untuk meningkatkan nilai performa yang diperoleh. Penelitian Wahyuniardi, 2017 dengan studi kasus di PT. Brodo Ganesha Indonesia memberikan hasil total skor performa supply chain sebesar 59,21. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan nilai akhir performa atribut total keseluruhan PBF lebih baik. Hasil penelitian Kurnia, 2017 menunjukkan bahwa pelaksanaan SCM secara tidak langsung memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Tabel 3. Hasil perhitungan skor nilai akhir performence atributes nilai total keseluruhan PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Reliability Responsiveness Agility Asset management Perfect order fulfillment % Order fulfillment cycle time hari Supply chain flexibility/ adaptability % Cash to cash cycle time hari Jumlah skor performa supply chain Rekap Nilai Performa PBF Penilaian performa dari masing-masing PBF akan memberikan gambaran terhadap kinerja suatu perusahaan. Nilai tersebut tersusun oleh beberapa atribut, dengan mengetahui nilai pada masing-masing atribut pendukungnya maka proses perbaikan kinerja dapat dilakukan dengan lebih terfokus. Pada tabel 4 terlihat nilai dari atribut dan nilai performa dari masing-masing PBF dengan besaran perolehan nilai yang beragam. Nilai tersebut menunjukkan kinerja dari masing-masing PBF. Pada atribut reliability PBF yang memiliki nilai tertinggi dari keseluruhan sampel menggambarkan bahwa kinerja dari PBF tersebut mampu memberikan pelayanan dalam pemenuhan permintaan dengan sangat baik. Sedangkan PBF dengan nilai rendah bermakna bahwa dalam pemenuhan pemesanan oleh pihak apotek masih perlu banyak perbaikan baik itu dari sistem/alur pelayanan pemenuhan permintaan ataupun dari permasalahan lain. Persaingan antar perusahaan dapat diatasi dengan menyusun rencana strategis. Salah satunya adalah perlunya sifat agility dan adaptability dari perusahaan tersebut sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan performanya Rahmasari, 2016. Atribut responsiveness menunjukkan perolehan nilai yang berbeda pula antar sampel. Terlihat bahwa antara nilai tertinggi dengan yang terendah ada perbedaan atau rentang yang sangat besar. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan kajian lebih kanjut terhadap PBF yang memiliki nilai lebih rendah. Hal ini terjadi karena kemampuan finansial dan dukungan pemilik modal dalam mengembangkan usaha masing-masing PBF berbeda-beda. Pada atribut Agility nilai yang tertinggi diperoleh PBF yang mampu melekukan respon atau tanggap dengan cepat dalam menyikapi atau menerima permintaan diluar kebiasaan/ J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 56 regular. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing PBF memiliki target dalam penjualan. Sehingga segala hal dilakukanuntuk mencapai target penjualan perbulan. Tabel 4. Hasil rekap perhitungan nilai performence atributes masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Atribut Asset Management pada masing-masing PBF juga berbeda. PBF yang memiliki nilai tertinggi menggambarkan bahwa pengelolaan baik itu asset maupun keuangan sudah dilakukan dengan baik. Untuk PBF dengan nilai terendah maka perlu dilakukan perbaikan semisal dengan melakukan pencatatan lebih tertib terhadap jatuh tempo pembayaran, dan pengaturan pembayaran. Nilai akhir pembobotan masing-masing atribut Hasil nilai akhir dari tiap atribut akan memberikan gambaran perbedaan performa kinerja pada masing-masing PBF di tiap atribut yang diteliti. Perbaikan performa kinerja akan dapat dilakukan dengan berdasar pada hasil penilaian ini. Pada tabel 5 dilakukan perhitungan dari masing-masing atribut pada tiap PBF dengan mengalikan perolehan nilai normalisasi dengan masing-masing bobotnya. Sehingga dari sini akan diperoleh nilai akhir, yang dapat memberikan gambaran terhadap performa kinerja setiap PBF yang diteliti. Terlihat pada masing-masing atribut terdapat nilai akhir yang berbeda-beda. Pada atribut Reliability terlihat bahwa nilai terbesar diperoleh hanya satu PBF, disini dapat menggambarkan bahwa kinerja PBF tersebut dalam upaya pelayanan pemenuhan permintaan oleh pihak apotek dalam proses pengadaan dapat dikategorikan baik. Hal ini ditunjang oleh sistem manajemen dari PBF tersebut yang sudah terstruktur dengan rapi. Selain itu ketepatan dalam pengiriman, pada PBF ini didukung oleh armada layanan antar yang banyak sehingga mempercepat proses pengiriman. Pada atribut responsiveness nilai tertinggi diperoleh oleh tiga PBF, hal ini bermakna bahwa pada ketiga PBF tersebut kecepatan dalam pengiriman pemesanan lebih baik bila dibandingkan dengan PBF yang lain. Dengan demikian maka ketersediaan stok barang dapat terjaga, dan dapat meminimalkan terjadinya penolakan permintaan oleh pasien. Untuk atribut J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 57 agility nilai tertinggi diperoleh sebanyak dua PBF. Hal ini menggambarkan bahwa dari kesepuluh sampel, hanya dua PBF yang mampu memenuhi permintaan diluar kebutuhan regular atau biasanya. Kemampuan dalam pemenuhan permintaan apotek dengan jumlah yang bervarian, hal ini dapat terjadi karena adanya permintaan mendadak dalam jumlah banyak karena adanya Kondisi Luar Biasa KLB atau ada wabah penyakit. Tabel 5. Hasil perhitungan nilai akhir masing- masing PBF pada tiap performence atributes di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 58 Sedangkan untuk atribut asset management nilai tertinggi dicapai oleh tiga PBF. Pencapaian angka ini menunjukkan bahwa ketiga PBF tersebut sudah mampu melakukan pengelolaan dan perbaikan dalam managemennya. Terutama dalam hal pengelolaan inventory dan pembayaran tagihan. Sedangkan untuk PBF dengan nilai rendah, perlu dilakukan perbaikan dalam pencatatan dan pengaturan pembayaran serta perlu adanya perbaikan inventory yang bisa dibantu dengan alat atau program komputerisasi Nilai Total Skor Performa Dengan menghitung nilai total skor performa kinerja dari PBF yang diteliti dari hasil penjumlahan kinerja masing-masing atribut maka dapat diketahui mana PBF yang dapat memberikan dan menunjukkan kinerja terendah sampai yang terbaik. Hal ini berguna untuk melakukan analisa kinerja dari masing-masing PBF dan juga memberikan bahan analisa penentuan kebijakan dari penerima kinerja PBF tersebut. Manfaat lainnya adalah evaluasi untuk meningkatkan daya saing dan loyalitas konsumen Wigaringtyas, 2013. Nilai akhir dari tiap atribut akan memberikan gambaran perbedaan performa kinerja pada masing-masing PBF di tiap atribut yang diteliti. Perbaikan performa kinerja akan dapat dilakukan dengan berdasar pada hasil penilaian ini. Tabel 6. Hasil rekap perhitungan nilai performence atributes secara total dari masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Tabel 6 merupakan hasil rekap perolehan perhitungan total skor performa dari masing-masing PBF. Total nilai performa menunjukkan adanya perbedaan antara PBF satu dengan yang lainnya. Angka total terbesar menunjukkan kinerja PBF tersebut baik dengan masing-masing atribut pendukungnya. Nilai tertinggi yang diperoleh PBF dalam total skornya ada kalanya tidak didukung oleh perolehan nilai maksimal pada setiap atributnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBF yang memperoleh nilai tertinggi memiliki satu aspek yang nilai perolehanya masih dibawah PBF lain. Namun pada atribut lain, nilai yang diperoleh sangat tinggi sehingga mengakibatkan nilai total menjadi terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun PBF tersebut memperoleh angka total terbesar, masih perlu adanya perbaikan pada aspek tertentu guna J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 59 mendapatkan performa yang lebih baik lagi. Beberapa hal yang mempengaruhi perencanaan supply chain management secara mendasar antara lain perubahan teknologi, lingkungan bisnis, kompetensi dan akuisisi Suryani, 2011. Tabel 7. Hasil perhitungan total skor akhir dari semua komponen performence atributes terhadap masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Rating Akhir Nilai Skor Performa Dari keseluruhan perhitungan diatas akan memberikan perolehan nilai skor akhir bagi masing-masing PBF yang diteliti. Peringkat tertinggi sampai terendah dari masing-masing PBF akan dapat terlihat. Dengan menghitung nilai total skor performa kinerja dari PBF yang diteliti maka dapat digunakan untuk melakukan analisa kinerja dari masing-masing PBF. Tabel 7 menunjukkan urutan penilaian dari kesepuluh sampel PBF yang diambil. Urutan berdasarkan dari perolehan nilai akhir tertinggi sampai ke yang terendah. Beberapa strategi yang dapat diambil dalam mengupayak perbaikan pada masing-masing atribut penunjang nilai akhir. Dimulai dari setiap proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas produksi dan distribusi hingga produk sampai ketangan konsumen Huan, 2004. Pada atribut reliability beberapa langkah yang dapat diambil antara lain melakukan peningkatan koordinasi antara PBF dengan apotek sebagai pelanggan. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan target dan menjadwalkan pertemuan dengan pelanggan secara rutin. Sehingga dapat dilakukan pemecahan permasalahan yang terjadi antara PBF dan apotek sebagai pelanggan bila ada kendala dalam proses pemesanan. Kerjasama dan tumbuhnya rasa kepercayaan serta pengakuan merupakan titik fokus pengelolaan manajemen supply chain, bila semua proses dapat dilakukan pengelolaan dengan baik maka secara keseluruhan akan memberikan hasil yang lebih besar dari jumlah bagian penyusunnya Christopher, 2011. Kepuasan konsumen berbanding lurus dengan kinerja yang baik, sehingga diperlukan adanya pengukuran kinerja untuk mengetahui nilai saat ini dan upaya untuk terus meningkatkannya Liputra, 2018. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 60 4. Kesimpulan Performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo ditinjau dari atribut penelitian secara total diperoleh jumlah skor sebesar 81,44 dapat dikategorikan masuk rentang baik untuk sistem supply chain dari suatu perusahaan. Rekomendasi yang diberikan terhadap performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo yaitu perlu adanya perbaikan terutama pada dimensi asset management berupa strategi pencatatan pembukuan yang berisikan waktu pembayaran dan pembuatan penilaian key performa indicator pada atribut cash to cash cycle time. Ucapan Terima Kasih Penulis ucapkan terima kasih kepada Manajemen PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Sidoarjo, Universitas Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil penelitian. Deklarasi Konflik Kepentingan Semua penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan terhadap naskah ini. Daftar Pustaka Ambe, JM. 2014. Key indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South Africa. The Journal of Applied Business Reseaerch, 1, pp 277-290. Christopher, M. 2011. Logistics and Supply Chain Management Strategies for Reducing Cost and Improving Service Financial Times Pitman Publishing. London, 1998 ISBN 0 273 63049 0 hardback 294+ 1Xpp. Taylor & Francis Council, 2015. SCOR Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default - Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf Huan, Sheoran, and Wang, G. 2004. A review and analysis of supply chain operations reference SCOR model. Supply Chain Management An International Journal, 91, Janvier-James, 2012. A new introduction to supply chains and supply chain management Definitions and theories perspective. Int. Bus. Res. 5, 194–207 Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jkt. Dep. Kesehat. RI. Kurien, Qureshi, 2012. Performance measurement systems for green SCs using modified balanced score card and analytical hierarchical process. Scientific Research and Essays, 736, pp. 3149 –3161 Kurnia, E. 2017. Pengaruh Praktik Supply Chain Management SCM Terhadap Kinerja Perusahaan dan Keunggulan Bersaing pada UKM Olahan Makanan Bika Ubi BARKAH di Kota Medan. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 61 Liputra, Santoso, S. and Susanto, 2018. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Dengan Model Supply Chain Operations Reference SCOR dan Metode Perbandingan Berpasangan. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 72, Luthfiana, Perdana, R. and Kalijaga, 2012. Pengukuran Performansi Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation Reference SCOR dan Analytical Hierarchy Process AHP Studi Kasus PT. Indofarma Global Medika. Indofarma Global Medika. Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Pujawan, dan ER, M. 2017. Supply Chain Management Edisi Ketiga. Surabaya Guna Widya Rahmasari, L. 2016. Pengaruh supply chain management terhadap kinerja perusahaan dan keunggulan bersaing Studi kasus pada industri kreatif di Provinsi Jawa Tengah. Majalah Ilmiah INFORMATIKA, 23. Romero, A. 2013. Managing medicines in the hospital pharmacy logistics inefficiencies, in Proceedings of the World Congress on Engineering and Computer Science. pp. 1–6. Saaty, 1990. The Analytical Hierarchy Process Planning, Priority Setting Resource Allocation. Pittsburgh University Pers. P. 97 Sumiati,2006. Pengukuran Performansi Supply Chain Perusahaan dengan pendekatan Supply Chain Operation Refrence SCOR di PT. Madura Guano Industri KAMAL-MADURA. Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Suryani, E. 2011. Analisis faktor kritis keberhasilan pada implementasi e-procurement. ComTech Computer, Mathematics and Engineering Applications, 22, Susanty, A.; Santosa, H.; Tania, F. 2017. “Penilaian implementasi Green Supply Chain Management di UKM Batik Pekalongan dengan Pendekatan GreenSCOR”. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 1, pp. 55 – 63. Wahyuniardi, R., Syarwani, M. and Anggani, R., 2017. Pengukuran Kinerja Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation References SCOR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 162, Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja. Penerbit Erlangga Jakarta Wigaringtyas, 2013. Pengukuran Kinerja Supply Chain Management Dengan Pendekatan Supply Chain Operation Reference SCOR. Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta. © 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution-ShareAlike International CC BY-SA license ... Supply chain risk management is a risk management process that may happen while distributing materials from suppliers to end customers Puspadina et al., 2021;Rozudin & Mahbubah, 2021. Coordination between supply chain entities is needed to reduce the negative impact of supply chain management by planning and identifying supply chain risks Jayawati et al., 2020. ...... To find out risk events and agents was mastered using questionnaire design filled by three participants, pharmacists, service staff, and owners. The questionnaire attributes were obtained from previous research by Chaisani, 2021;Magdalena & Vannie, 2019;Puspadina et al., 2021;Samodro, 2020. Interview activities were carried out to determine the level of correlation between risk events and risk agents. ...... This research method is in line with previous studies as follow Kurnia Ramadhan et al., 2021;Puspadina et al., 2021;Samodro, 2020;Teniwut, Betaubun, et al., 2020. However, the research results are different. ...Aenun Nafi'ah Nina MahbubahPharmacy CBA is a trading business that engages in pharmaceutical and medical devices. Uncertainty and complexity have been identified as risks in business supply chains. Further measurement is needed in order to enhance the effectiveness of the pharmacy business process. The purpose of this study is to identify risk events and risk agents, calculate the risk value in the supply chain flow from upstream to downstream, and determine efforts to minimize risk. The method used in this research is HOR 2 phases, through a SCOR-based approach. The study begins with the identification of risk events and risk agents based on SCOR, then calculates the level of severity, occurrence, and correlation for the calculation of the HOR 1. Identified 45 risk events, 23 risk agents, and 19 actions to minimize risk. Aggregate risk potential is calculated as a result of HOR 1. From 23 risk agents, ten are prioritized based on the most significant ARP value. In the calculation of HOR 2, 10 risk mitigation strategies are obtained to minimize risk along with the supply chain stream. There are four approaches to implementing the ten mitigations HR Development, Customer Relationship Management-based approach, Supplier relationship management, and facility design.... With these criteria, the quality and safety of drugs to be given to patients can be guaranteed. The criteria for determining PBF distributors who prioritize patient safety which has been carried out by the Kragan II Health Center Pharmacist is in line with the statement from another study by Puspadina 2021 that Pharmacists must be able to determine the selection of distributors as suppliers of quality drugs, the quality and authenticity of drugs are the main points in the drug procurement process as well as safety factors. and effectiveness is also a priority that must be met in order to ensure patient safety. ...... and effectiveness is also a priority that must be met in order to ensure patient safety. 24 To ensure the safety and quality of drugs, Kragan II Health Center pharmacists in procuring drugs with PBF have documentation in both manual and digital forms. At the Kragan II Health Center, they usually use a document called a drug order letter where the drug order document consists of several other documents. ...Fitrotul MaulidiyyahBambang Budi RahardjoIntroduction Based on the results of a preliminary study at the Kragan II Health Center, Kragan District, Rembang Regency, it was found that problems in drug procurement activities were located on the Large Pharmaceutical Trader or Pedagang Besar Farmasi PBF. In addition, the COVID-19 pandemic has also affected the budget cuts for the procurement of drugs at the Kragan II Health This research was descriptive qualitative research. Data collection techniques use in-depth interviews and observation techniques. The sampling technique used was purposive sampling and data were analyzed using the Miles and Huberman The results showed that the process of planning and supplying drugs at the Kragan II Health Center had not gone well even though the indicators in Regulation of the Minister of Health Number 74 of 2016 of the Republic of Indonesia had been realized. The process of planning and procuring drugs at the Kragan II Health Center Puskesmas experienced problems in the field of funding for the procurement of drugs due to the Covid-19 pandemic. Another problem is the PBF whose response is slow and the drugs distributed are not following what was ordered by the Regarding debts with PBF, pharmacists are advised to discuss with the Head of the Kragan II Health Center regarding budget priorities during the COVID-19 pandemic to immediately pay off debts with PBF so that pharmacists can procure with PBF again. Therefore, drug services to patients can run well. David Try LiputraSantoso SantosoNadya Ariella SusantoThe rapid development of the industrial world has resulted in increasingly tight competition among companies. This condition shows the importance of improving performance, not only in a company but also other parties in the related supply chain, in order to compete with other companies or supply chains. The good performance of a supply chain will certainly increase the customers satisfaction. Therefore, performance measurement needs to be carried out so that a supply chain can find out how well it currently performing is and keep improving it. This study will discuss about the application of the supply chain operations reference SCOR model and the pairwise comparison method for the supply chain performance measurement of a product packaging company Keywords supply chain, performance measurement, SCOR, pairwise comparison Rizki WahyuniardiMoh. SyarwaniRyan AngganiPT. Brodo Ganesha Indonesia is a national company engaged in manufacturing with the production of leather shoes. The company has many stakeholders and it is difficult to manage its supply chain, thereby affecting the effectiveness and efficiency of the company's supply chains. The research was conducted to measure the performance of supply chain by using Supply Chain Operation References SCOR approach. The initial hierarchy model of performance measurement is tailored to the company's condition to measure its supply chain performance, while the normalization of Snorm De Boer serves to equalize the value of the matrix used as the measurement indicator. The level of importance of performance attributes is measured by weighting with subjective questionnaires. Value of performance attribute obtained reliability 19,74, responsiveness 16,91, agility 11,00; and asset management The total performance score of This value indicates that the performance of the supply chain is in an average SusantyHaryo SantosaFani TaniaThis article assesses the implementation level of Green Supply Chain Management GSCM practices in SMEs Pekalongan batik business with GreenSCOR approach and mapped out the results with an approach of importance peformance analysis IPA. The article also devised a strategy to improve the implementation of GSCM practices. Data collection was done by distributing questionnaires and interviews. This article shows that the level of GSCM implementation in small-scale batik SMEs is in the poor category; Whereas, the level of GSCM implementation in medium-scale batik SMEs is in the average category. The results of the mapping show that, for batik SMEs there are indicators that are in quadrant A. Preparation of strategies to improve GSCM practices in batik SME Pekalongan more focused on improving the performance of indicators of use of environmentally friendly raw Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil penelitianBisnis SidoarjoBisnis Sidoarjo, Universitas Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South AfricaJ M Daftar Pustaka AmbeDaftar Pustaka Ambe, JM. 2014. Key indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South Africa. The Journal of Applied Business Reseaerch, 1, pp Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default -Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf HuanM S H ChristopherS K SheoranG WangChristopher, M. 2011. Logistics and Supply Chain Management Strategies for Reducing Cost and Improving Service Financial Times Pitman Publishing. London, 1998 ISBN 0 273 63049 0 hardback 294+ 1Xpp. Taylor & Francis Council, 2015. SCOR Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default -Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf Huan, Sheoran, and Wang, G. 2004. A review and analysis of supply chain operations reference SCOR model. Supply Chain Management An International Journal, 91, Menteri Kesehatan Republik Indonesia NomorKemenkesKemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016
bPengadaan Pengadaan sediaan farmasi di Apotek Kimia Farma 202 dilakukan from PHARMACY 1113565 at Pancasila University- Indonesia. Study Resources. Main Menu; by School; by Literature Title; B pengadaan pengadaan sediaan farmasi di apotek kimia. School Pancasila University- Indonesia; Course Title PHARMACY 1113565; Uploaded By putrimuti126.
KEGIATAN PELAYANAN KEFARMASIANDiAPOTEK KIMIA FARMA 304Jl. Perak Timur No. 166, SurabayaSMK FARMASI SURABAYA2019NAMA KELOMPOKMifthakhudin AbdillahNabila Mei Sabrina KaruniaFara Lusianti DewiSalma Putri AureliaPERENCANAAN OBATPerencanaan obat dimaksudkan untuk memutuskan obatapa yang akan dipesanagar stock obat di apotek tidakkosong dan meminimalisir terjadinya penolakan hal yang dipertimbangkan dalam perencanaanbarang di apotek Kimia Farma 304 Perak fast moving atau slow moving yang diresepkan dokter penyakit yang obat di Apotek Kimia farma 304 menggunakansistem pareto. Pareto ini sendiri terbagi menjadi 3, yaitu Kelas A Persentase Nilai Penggunaan Kumulatif >80 % Kelas B Persentase Nilai Penggunaan Kumulatif 20– 80 % Kelas C Persentase Nilai Penggunaan Kumulatif <20 %PENGADAAN PEMESANAN OBAT-PENERIMAAN OBATPengadaandiApotekKimiaFarma304dilakukanberdasarkan buku defekta yang buku defektainikemudiandiseleksiuntukselanjutnyadilakukanpemesanan apakah barang tersebut akan dipesan atau tidakdengan dipertimbangkan tingkat kebutuhan.Untuk pengadaan barang yang sifatnya mendesak biasadilakukan dengan cara pembebanan ke Apotek Kimia Farmalainnya. Pemesanan obat golongan narkotika dilakukandengan secara langsung ke PBF Kima Pengadaan Obat Golongan NarkotikaMencatat sediaanobat yang habis /hampir habis di bukuWant to read all 19 pages?Previewing 7 of 19 pagesUpload your study docs or become a to read all 19 pages?Previewing 7 of 19 pagesUpload your study docs or become a of previewWant to read all 19 pages?Upload your study docs or become a member.
. 4reengwdu0.pages.dev/3394reengwdu0.pages.dev/7274reengwdu0.pages.dev/5514reengwdu0.pages.dev/6064reengwdu0.pages.dev/1004reengwdu0.pages.dev/5524reengwdu0.pages.dev/7634reengwdu0.pages.dev/5224reengwdu0.pages.dev/5834reengwdu0.pages.dev/9084reengwdu0.pages.dev/8274reengwdu0.pages.dev/7154reengwdu0.pages.dev/2764reengwdu0.pages.dev/2624reengwdu0.pages.dev/264
pengadaan obat di apotek kimia farma