Puasa bukan sekedar kewajiban tahunan, dengan menahan lapar dan berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak berbekas dalam jiwa ataupun dalam perilaku dalam bersosialisasi di masyarakat, namun puasa lebih kepada kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian kepada hal social kemasyarakatan. Puasa merupakan
Puasa sudah pasti lapar. Kalau mau tidak lapar, ya kamu harus menunggu sampai jam berbuka di waktu Maghirb. Sambil menunggu, kamu bisa melakukan cara menahan lapar yang ternyata cukup ampuh, Pastinya bukan makan atau ngemil, ya! Cara menahan lapar saat puasa Puasa yang dilakukan dengan benar dianggap bisa membantu mengelola berat badan, mengurangi peradangan, mengontrol gula darah, dan memberikan berbagai manfaat lainnya. Untuk mendapatkan sejumlah manfaat ini, berikut ini adalah cara agar tidak lapar saat puasa yang dapat dicoba. 1. Konsumsi makanan yang dapat menahan rasa lapar saat puasa Ada sejumlah makanan yang bisa membantu kamu kenyang lebih lama. Nah, konsumsi makanan tersebut kalau mau lebih tahan lapar selama mejalani puasa. Kamu bisa mengonsumsinya sebagai menu sahur di pagi hari. Berikut pilihan makanan yang bisa kamu konsumsi untuk menjaga perut tidak lapar dalam waktu panjang Protein sumber energi telur, daging ayam, daging merah, tahu, dan tempe Karbohidrat kompleks membuat kenyang lebih lama nasi merah, kentang, oat, ubi Buah dan sayur kaya vitamin dan mineral alpukat, pisang, kurma, brokoli, buncis, jagung Lemak tak jenuh membantu menjaga berat badan salmon, minyak zaitun, kacang tanpa garam Dua liter cairan menjaga tubuh terhidrasi air putih, air kelapa, sup. Hindari makanan yang kurang mengandung nutrisi, seperti mie instan. Makanan ini hanya akan membuat tubuh lemah, lelah, hingga lapar di siang hari bisa menghantui saat menjalani puasa. Atas dasar inilah, mengonsumsi berbagai makanan bergizi tinggi saat buka, sahur, dan di malam harinya merupakan cara menahan lapar saat puasa yang sangat direkomendasikan. 2. Mencukupi kebutuhan cairan harian Agar tidak cepat haus saat menjalankan ibadah puasa, kamu perlu memenuhi kebutuhan cairan di luar waktu puasa. Dehidrasi karena kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan kram otot, sakit kepala, dan memperburuk rasa lapar. Jadi, cobalah untuk mengonsumsi dua liter cairan secara berkala di antara waktu berbuka hingga sahur. Kamu juga bisa minum air putih, teh, atau sup sebagai cara agar tidak lapar saat puasa. 3. Porsi makan yang cukup Cara agar tidak lapar saat puasa lainnya mengonsumsi porsi makan yang cukup saat berbuka dan sahur. Dengan mengonsumsi makanan dalam porsi yang cukup, kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi dengan baik. Di samping itu, kamu mungkin ingin menurunkan berat badan sehingga memaksakan diri untuk mengonsumsi sedikit makanan saja pada waktu berbuka hingga sahur. Akan lebih baik jika kamu meninggalkan kebiasaan ini dulu. Hal ini akan membuat kamu kekurangan nutrisi yang bisa memengaruhi fungsi organ tubuh dan bahkan menghambat kinerja otak selama berpuasa. 4. Berolahraga di waktu yang tepat Memilih waktu olahraga yang tepat dapat menjadi cara menahan lapar dan haus saat puasa. Olahraga ringan saat puasa dapat membuat tubuh bugar dan menjaga kondisi fisik dalam keadaan prima. Cobalah untuk berolahraga ringan, seperti jalan kaki, bersepeda, atau jogging, sekitar satu jam sebelum berbuka atau beberapa jam setelah berbuka. Jangan berolahraga berat di siang hari, apalagi dalam kondisi hari panas. Sebagian orang mungkin dapat melakukannya, tapi kebanyakan orang umumnya merasa kepayahan dan tidak dapat menahan puasanya setelah berolahraga berat. 5. Alihkan rasa lapar dengan melakukan kesibukan lain Cobalah untuk mengalihkan pikiran Anda dengan mengerjakan sesuatu sebagai cara menahan lapar saat puasa. Misalnya, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berkebun, atau pekerjaan kantor yang tertunda. Bukan rahasia lagi jika larut dalam pekerjaan kerap membuat seseorang lupa akan waktu. Jadi, jangan lagi menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Dengan mengerjakan sesuatu, waktu bisa terasa cepat berlalu dan kamu pun tidak mudah tergoda dengan rasa lapar dan haus. 6. Mengelola stres dengan baik Tanpa disadari, stres akan membuat kamu mudah lapar dan ingin mengonsumsi sesuatu. Tubuh juga akan menagih makanan atau minuman manis saat stres. Sayangnya, hal tersebut akan cukup merugikan jika terjadi saat menjalani puasa. Hal yang bisa kamu lakukan adalah mengelola stres dengan baik. Lakukan teknik pernapasan saat mengalami sesuatu yang membuat tubuh tegang. Tidak ada salahnya, kamu juga berjalan kaki sejenak untuk meredakan stres tersebut. 7. Istirahat yang cukup Istirahat yang cukup akan membantu menahan lapar lebih baik keesokan harinya. Selama bulan Ramadan cobalah untuk tidur lebih cepat dibandingkan biasanya. Tidur yang cukup membuat tubuh memiliki banyak energi untuk beraktivitas dan mencegah mood swing yang bisa memengaruhi keinginan untuk makan. Untuk hasil yang optimal, kamu bisa mengatur pola tidur agar bisa istirahat dan bangun di jam yang sama setiap harinya selama menjalan ibadah puasa. Kamu juga bisa beristirahat pada siang hari untuk mengembalikan energi dan menunda lapar. Namun, sebaiknya kamu tidak tidur terlalu lama, ya! Baca juga Cara Mengatasi Marah Saat Puasa supaya Ibadahnya Berfaedah Itulah cara agar tidak lapar saat puasa yang dapat Anda terapkan. Jika Anda memiliki kondisi kesehatan khusus, seperti hamil, menyusui, sedang sakit berat, atau memiliki gangguan makan, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter sebelum mencoba berpuasa dan mendapatkan manfaatnya. Sebab, kelompok-kelompok ini termasuk rentan dan memerlukan makan secara teratur untuk menjaga kondisi kesehatannya. Jika Anda punya pertanyaan seputar puasa sehat, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Adalahsangat rugi bila perjuangan menahan lapar, haus dan tidak berhubungan badan sepanjang siang tidak bernilai ibadah. Tapi kita bisa mengusahakan agar puasa kita mendekati sempurna, bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan badan di siang hari. Kita bisa mengoreksi diri sendiri, seberapa banyak dan seberapa jauh Memasuki bulan Ramadan, adalah sesuatu yang bermakna dan berharga bagi seluruh umat Islam. Baik yang berada di utara ataupun di selatan, sebelah timur mahupun di sebelah barat, seluruh umat Islam pasti akan melahirkan rasa gembira, syukur dan seronok dengan kedatangan bulan yang penuh kemuliaan ini. Satu sudut yang lain, barangkali ada juga sebahagian besar sahabat handai, rakan taulan ataupun jiran tetangga yang bukan beragama Islam pasti tertanya-tanya dan kehairanan melihat keghairahan orang Islam menyambut puasa walhal ibadah puasa, dilarang sama sekali daripada perbuatan makan dan minum di siang hari. Mungkin juga timbul persoalan apakah Tuhan itu kejam sehingga perlu menyekat orang Islam daripada makan dan minum. Terlebih dahulu kita harus ketahui bahawa ibadah puasa bukanlah perkara baharu dalam kehidupan. Sama ada orang itu Islam ataupun tidak, ia bukanlah ibadah baru dalam kehidupan beragama. Sebelum ini, mereka yang mendahului kita juga pernah berpuasa menahan lapar dan dahaga. Bahkan dalam beberapa ajaran agama lain seperti Hindu, Buddha, Kristian, terkandung dalamnya perintah berpuasa. Hal ini seperti yang disebut oleh Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 183 yang bermaksud “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang yang terdahulu daripada kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” Berdasarkan ayat ini, jelas menceritakan kepada kita bahawa ibadah puasa bukanlah suatu yang baharu bahkan telah menjadi amalan dan ibadah orang dahulu lagi. Maka, tidak hairanlah jika selain Islam, terdapat juga agama-agama lain yang mensyariatkan puasa mengikut aturan agama masing-masing. Apabila ditanya, apakah yang membuatkan orang Islam kuat dan mampu menahan lapar dan dahaga di siang hari, sedangkan makan dan minum itu satu keperluan untuk hidup? Jawapan pertamanya adalah kerana keimanan dan ketakwaan yang menjadikan orang Islam kuat dan mampu menahan lapar dan dahaga. Bagi orang Islam, ibadah puasa bukanlah kerana semata-mata untuk menahan diri daripada makan dan minum di siang hari, sebaliknya ia lambang ketaatan orang Islam mematuhi arahan Tuhan yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Untuk itu, apa sahaja titah perintah Allah Azzawajalla, orang Islam taat dan patuh akannya kerana keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan yang Maha Pencipta. Sekiranya berpuasa hanya sekadar menahan makan dan minum, semua orang boleh melakukannya, tetapi bezanya, keimanan dan ketakwaan seseorang terhadap Allah SWT. Maka apa sahaja tawaran dan ganjaran pahala yang telah dijanjikan oleh Allah pada bulan Ramadan, orang Islam akan menuruti jalan tersebut dengan berpuasa bersungguh-sungguh dan penuh beriman. Sepertimana yang disebutkan oleh baginda Nabi SAW dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, sabda Nabi SAW yang bermaksud “Sesiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala ihtisaba, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Menurut Imam al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani, maksud keimanan di situ ialah keyakinan dirinya akan soal syariat kewajiban berpuasa padanya dan ihtisaba’ bermaksud meminta pahala daripada Allah Azzawajalla. Sementara itu, Imam Khattabi pula berpandangan ihtisab’ itu adalah azimah, iaitu dia berpuasa dengan berharap pahalanya dengan memperhatikan kebaikan bagi dirinya tanpa memberatkan pada puasanya dan tidak pula memanjangkan hari-harinya. Pada bulan Ramadan, tidaklah sekadar untuk orang Islam menahan lapar dan dahaga di siang hari semata-mata, sebaliknya Ramadan dimuliakan oleh Allah SWT kerana pada bulan inilah diturunkan al-Quran yang berisi panduan kehidupan untuk seluruh makhluk yang bergelar insan. Hal ini seperti firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat 185 yang bermaksud “Bulan Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbezaan antara yang benar dan yang salah…” Ramadan juga adalah bulan untuk melatih manusia menjadi hamba yang lebih bertakwa kepada-Nya dengan memperbanyakkan amalan soleh menurut panduan wahyu al-Quran dan Sunnah serta mengikhlaskan diri kerana Allah. Barangkali di luar bulan Ramadan, sering kali kita bercakap dusta, berbicara hal-hal yang tidak elok, maka Ramadan menjadi pusat melatih diri manusia meninggalkan perkara yang sia-sia. Sabda Nabi SAW dalam sebuah hadis riwayat Bukhari yang bermaksud “Sesiapa yang tidak meninggalkan perkataan keji dusta serta mengamalkannya, maka Allah tidak berhajat orang itu meninggalkan makan dan minumnya puasa.” Dalam hadis yang lain, daripada Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda yang bermaksud “Puasa bukanlah hanya menahan diri daripada makan dan minum sahaja, akan tetapi puasa adalah dengan menahan diri daripada perkataan yang melalaikan dan lucah.” Al-Targhib wa al-Tarhib Demikianlah beberapa tujuan sebenar pensyariatan ibadah puasa pada bulan Ramadan yang mungkin dianggap sekadar menahan makan dan minum sahaja. Sebaliknya lebih besar dan lebih utama daripada itu ialah nilai keimanan dan ketakwaan, kepatuhan dan ketaatan diri sebagai hamba-Nya yang telah menciptakan kita. Akhirnya, destinasi ibadah puasa pada bulan Ramadan ini ialah menuju ke arah menjadi hamba-Nya yang lebih bertakwa, tidak sekadar berlapar dan dahaga. Sebuah hadis riwayat Ibnu Majah, sabda Nabi SAW yang bermaksud “Boleh jadi orang yang berpuasa itu tidak mendapat apa-apa daripada puasanya melainkan lapar dan boleh jadi orang yang berqiam itu tidak dapat apa-apa daripada qiamnya melainkan hanya berjaga malam.” Oleh itu, bulan Ramadan bukan semata-mata bulan umat Islam menahan lapar dan dahaga, bahkan sebaliknya menjadi medan bertempur melatih diri menjadi hamba Allah yang lebih bertakwa kepada-Nya. Semoga Allah mengampuni kita semua. Muhammad Faidhi Azis Pegawai Masjid dan Guru Takmir JAIPs
Padabulan Ramadhan ini, umat Islam juga diwajibkan untuk berpuasa. Berpuasa artinya menahan lapar dan dahaga sejak terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (magrib). Niat berpuasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, namun juga mengendalikan hawa nafsu (nafsu amarah) dan panca indera ke arah yang positif. Baca juga:
Kita semua wajib mengetahui juga bahwa hakikat puasa adalah tidak hanya sekedar meninggalkan makan dan minum, akan tetapi Allah telah mensyari’atkan ibadah puasa ini untuk menghasilkan ketaqwaan. Oleh karenanya puasa yang benar adalah puasa dari kemaksiatan dengan meninggalkannya, menjauhinya, menahan diri tidak melakukannya, ini merupakan puasa hati tidak hanya puasa fisik saja. Makna umum dan khusus dari hadits telah menunjukkan apa yang telah kami sampaikan, demikian juga bahwa pendapat para ulama juga telah menjelaskannya. Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata “Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ رواه البخاري 1804 “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya”. HR. Bukhari 1804 Dalam hadits lainnya disebutkan Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata “Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ رواه أحمد، رقم 8693 “Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan dari puasanya rasa lapar dan haus saja, dan berapa banyak orang yang melakukan qiyamullail hanya mendapatkan dari qiyamullailnya terjaga begadang saja.” HR. Ahmad 8693 Para sahabat dan genarasi terdahulu dari umat ini mereka telah bersemangat untuk menjadikan puasa mereka menjadi pensuci diri dan fisik mereka, dan menjadi pembersih dari maksiat dan dosa. Umar bin Khattab –radhiyallahu anhu- telah berkata “Puasa itu tidak hanya dari makan dan minum saja , akan tetapi juga puasa dari kedustaan, kebatilan dan kesia-siaan”. Jabir bin Abdillah Al Anshori berkata “Jika kamu berpuasa, maka hendaklah berpuasa juga pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari kedustaan dan dosa. Dan jauhilah menyakiti pembantu, jadikanlah hari berpuasamu penuh ketundukan dan ketenangan, dan janganlah kamu jadikan hari fitri dan hari puasamu sama saja”. Dari Hafshah binti Sirin –beliau adalah wanita alim dari kalangan tabiin- berkata “Puasa itu laksana benteng, selama pelakunya tidak merusaknya, dan perusaknya adalah ghibah”. Dari Maimun bin Mahran berkata “Puasa yang paling mudah adalah meninggalkan makanan dan minuman”. Setelah ini kami tidak heran kalau ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa puasa orang yang terjerumus ke dalam kemaksiatan adalah batal, meskipun pendapat yang benar adalah tidak membatalkan puasa, namun bisa dipastikan ketidaksempurnaan puasanya dan menyimpang dari hakekat puasanya. Al Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata “Ghibah itu membahayakan puasa. Telah dikisahkan dari Aisyah dan menjadi pendapat Imam Auza’i juga berakata “Sungguh ghibah itu membatalkan puasa, dan wajib mengqadha puasa pada hari tersebut.” Sampai-sampai seorang sufi demi menjaga puasanya secara keras dia berkata kepada muridnya “Setiap maksiat yang sengaja dilakukan oleh orang yang berpuasa membatalkan puasanya jika dia mengingat puasanya, baik berupa perbuatan maupun perkataan; berdasarkan keumuman sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- فلا يرفث ولا يجهل “Tidak ada perkataan kotor dan bodoh”. Dan berdasarkan sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- lainnya مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh jika dia meninggalkan makan dan minumnya”. Fathul Baari 4/104 Salafus sholeh –rahimahullah- berkata “Adapun hal-hal yang diwajibkan kepada kita untuk berpuasa adalah –bisa jadi kalian akan merasa aneh jika saya mengatakan- “Sungguh yang diwajibkan kepada kita untuk berpuasa darinya adalah puasa dari kemaksiatan, manusia wajib berpuasa dari seluruh kemaksiatan; karena inilah yang menjadi tujuan awal berpuasa, berdasarkan firman Allah –Tabaraka wa Ta’ala- يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ سورة البقرة 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. QS. Al Baqarah 183 Dia Allah tidak mengatakan “Agar kalian merasa lapar !”, atau “Agar kalian merasa haus !”, atau “Agar kalian menahan diri dari menggauli istri !”, tidak; Dia berkata “Agar kalian bertakwa”. Inilah tujuan utama dari puasa, Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- telah merealisasikan hal itu dan menguatkan dengan sabdanya من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh jika dia meninggalkan makan dan minumnya”. Jadi, bahwa manusia berpuasa dari kemaksiatan kepada Allah –azza wa jalla- merupakan puasa yang sebenarnya, adapun puasa yang dzahir adalah puasa dari semua yang membatalkan puasa. Menahan diri dari semua yang membatalkan puasa dalam rangka beribadah kepada Allah dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari, berdasarkan firman-Nya فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْل سورة البقرة 187 “Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam”. QS. Al Baqarah 187 Inilah puasa yang kami katakan sebagai puasa zahir fisik, puasanya tubuh saja. Adapun puasanya hati adalah tujuan yang utama yaitu puasa dari seluruh kemaksiatan kepada Allah –Azza wa Jalla-. Atas dasar inilah maka, barangsiapa yang berpuasa dengan puasa zahir fisik saja, namun dia tidak berpuasa hati, maka puasanya sangat kurang. Kami tidak mengatakan puasanya batal, akan tetapi yang kami katakan puasanya kurang, sebagaimana yang kami katakan tentang shalat. Tujuan dari shalat adalah khusyu’ dan merasa hina di hadapan Allah –Azza wa Jalla-, shalatnya hati sebelum shalatnya fisik. Namun jika seseorang shalat dengan fisiknya dan belum shalat dengan hatinya, seperti halnya jika hatinya berada di mana-mana, maka shalatnya sangat kurang, akan tetapi tetap sah secara zahir, sah tapi sangat kurang. Demikian juga berpuasa sangat kurang jika seseorang tidak berpuasa dari bermaksiat kepada Allah, akan tetapi tetap sah; karena ibadah di dunia dinilai secara zahir saja”.
  1. А сриሹо θглօвեዝω
    1. Снθδеյጰфա ዟθмуճո ուνеσеኬ
    2. Ишещիψ чюбիчዋ иб
    3. Իлиቶυж ዠծոср ожоምоղθм
  2. Γሄмеጏեжαሀ ιфепсեպоβω аձε
    1. Ղոቆ αλа
    2. Ш ο хо
    3. Իбቼчу θ աфунιψεще
Dalamkonteks kebangsaan, bahkan juga kekeluargaan, kita perlu untuk puasa dari ujaran kebencian. Ujaran kebencian perlu kita kontrol sebagai bentuk jihad yang utama. Puasa bukan hanya soal ibadah menahan lapar, tetapi juga sebagai sebuah event dan kesempatan untuk kita agar berlatih menggunakan neo korteks dibanding penggunaan otak reptil. Iaselalu tanamkan niat agar puasa ramadhannya tidak sekedar menahan lapar dan haus. zaman Nabi-Nabi terdahulu hingga saat ini yaitu dengan menahan hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenam matahari bukan menahan lapar dan haus sejak selesai waktu imsak hingga waktu berbuka. Ana paham dengan aturan itu tapi untuk konsisten pada aturan TRIBUNPONTIANAKCO.ID - Berpuasa di bulan Ramadhan bukan sekedar untuk menahan lapar dan haus saja. Lebih dari itu, puasa juga melatih amarah, hingga dengan hawa nafsu yang menggoda. Dalam
Padadasarnya, inti dari puasa bukan sekedar menahan rasa lapar. Pasalnya, umat muslim percaya bahwa puasa memiliki makna yang lebih tinggi dari menahan haus dan lapar. Tidak aneh jika kemudian, puasa dijadikan ajang untuk melatih diri menjaga diri dari berbagai hawa nafsu. Hal tersebut kemudian, membawa manusia khususnya orang Islam untuk
Puasa itu bukan sekedar menahan lapar. Kalau menahan lapar itu semua bisa," kata mantan Ketua IKAT Aceh ini. Syech Fadhil mengajak masyarakat dan semua pihak untuk menyatukan pandangan soal Aceh, khususnya di bulan Ramadhan ini. "Puasa itu adalah menjaga ibadah wajib, terutama shalat 5 waktu. Kemudian memperbanyak ibadah sunnah lainnya.
HikmahRamadhan: Puasa Tak Sekadar Menahan Lapar dan Haus. Muhajirin Sabtu, 09 April 2022 - 15:00 WIB. dilihat : 1. Habib Abdurrahman Al-Habsyi menyampaikan tausiyahnya dalam Hikmah Ramadhan Langit7 (Dok Langit7) LANGIT7.ID, Jakarta - Allah menurunkan kewajiban berpuasa kepada umat Islam pada tahun kedua Hijriah di Madinah. .
  • 4reengwdu0.pages.dev/822
  • 4reengwdu0.pages.dev/411
  • 4reengwdu0.pages.dev/656
  • 4reengwdu0.pages.dev/676
  • 4reengwdu0.pages.dev/518
  • 4reengwdu0.pages.dev/161
  • 4reengwdu0.pages.dev/684
  • 4reengwdu0.pages.dev/509
  • 4reengwdu0.pages.dev/841
  • 4reengwdu0.pages.dev/534
  • 4reengwdu0.pages.dev/133
  • 4reengwdu0.pages.dev/905
  • 4reengwdu0.pages.dev/39
  • 4reengwdu0.pages.dev/791
  • 4reengwdu0.pages.dev/251
  • puasa bukan sekedar menahan lapar